Bab 7

669 Kata
Lanjutan : "Aku bisa jelaskan kok Mi.. Pi" kataku membela diri. Mami dan Papi langsung menjewer telingaku dan mengajakku ke lantai atas, teriakan dan permintaan maaf sama sekali tidak mereka hiraukan. Aku layaknya anak SD yang sedang dihukum karena membawa masuk teman wanita ke rumah tanpa mendengarkan alasanku dulu. "Ini gara-gara Mas nih, makanya Michael nyimpen wanita dirumah" omel Mami. "Yah kok Papi sih yang disalahkan, anak kamu tuh playoy cap badak" bela Papi, dan karena kesal jeweran ditelingaku semakin keras dan membuatku berteriak menahan sakit. Mami dan Papi mengetuk pintu kamar dimana asal suara muntahan terdengar, tak lama Amalia membuka pintu dan aku langsung kaget melihat wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang semakin kurus tapi perutnya semakin membesar dibandingkan saat terakhir kalinya aku melihatnya. "Ibu siapa" tanya Amalia pelan dan tidak bertenaga, mulutnya ditutup dan Amalia kembali masuk kekamar mandi dan kembali terdengar suara muntahan. Aku melepaskan jeweran Mami dan Papi yang kaget bahkan terdiam saat melihat seorang wanita hamil didepan mereka. Aku langsung berlari turun dan mengambil segelas air panas agar bisa meredakan mual diperut Amalia. Saat aku kembali keatas Mami dan Papi masih berdiri dan hanya mengintip dan enggan untuk masuk tanpa aku. Aku melewati Mami dan masuk kedalam kamar mandi, aku memegang bahu Amalia dan memijatnya pelan. Setelah yakin dia sudah mengeluarkan isi perutnya, gelas berisi air panas tadi aku serahkan ke tangannya. "Minum dulu agar mual kamu hilang" ujarku, Amalia seperti kehabisan tenaga untuk memakiku dan memilih meminum sampai habis air panas yang aku serahkan, saat Mami masih belum masuk aku berbisik ditelinga Amalia. "Ada orangtua aku diluar, serahkan semuanya sama aku dan kamu hanya jawab iya iya saja jika mereka bertanya" bisikku pelan, lagi-lagi Amalia mengangguk dan memegang tanganku agar membantunya untuk berdiri. Tangan Amalia terasa dingin dan kurus, sungguh aku sangat kuatir dengan keadaannya yang seperti ini dan sepertinya dia sudah lama tidak melakukan kontrol kandungan. Aku menggenggam tangan Amalia, aku rasa biarlah aku saja yang pernah merendahkannya jangan orang lain terutama oleh kedua orangtuaku. "Mi, Pi maafkan kalo kalian bertemu Amalia disaat seperti ini... maafin Mike" kataku, Mami dan Papi saling memandang dan kemudian memandang Amalia serta perutnya, Amalia mencoba menutupi perutnya dengan cardigan miliknya meski terlihat percuma karena tetap perut itu terlihat membesar. "Mami masih belum mengerti, siapa perempuan ini dan kenapa berada berdua dengan kamu, kamu nggak ngikutin jejak Papikan?" Papi memukul tangan Mami, aku mencoba tertawa agar Mami dan Papi tidak kaget saat aku memberitahunya siapa Amalia. "Nggak, Amalia ini adalah.... dia adalah... istri Mike dan kini sedang mengandung... anak Mike" Amalia memandangku sedangkan Mami dan Papi menutup mulut mereka saking kaget mendengar apa yang aku bilang, demi bisa membiarkan Amalia hidup tenang sampai melahirkan dan membuka tabir rahasia siapa ayah kandungnya, biarlah aku untuk sementara melakukan sandiwara ini. Entahlah melihat keadaan Amalia membuatku tak tega untuk menolak kehadiran baby ini, mungkin Amalia benar Baby ini marah karena kehadirannya tidak ada yang mengakui dan membalas dengan menyakiti Amalia. "Jadi kamu mengancung cucu Mami?" tanya Mami. "Iya tante" jawab Amalia dengan kagok. "Yahhhh kok tante sihhhh Mami dan Papi dong, Mas aku bahagiaaaa banget kita sebentar lagi punya cucuuuu, wahhhhhh nggak sabar melihat bayi ini lahir" Mami terlihat antusias dan berbeda dengan pikiranku kalo Mami akan histeris dan memakiku, nyatanya Mami terlihat antusias dan mengomeli Amalia yang terlihat kurus. "Pokoknya jika cucu Mami kenapa-napa, kamu Mami usir dari rumah" ancam Mami saat menyangka aku tidak mengurus Amalia dan membiarkan dia kurus seperti itu. "Mami kamu dulu terobsesi memberi kamu adik tapi karena kami bercerai akhirnya Mami pasrah dan mendengar istri kamu hamil dia jadi seperti itu, btw kenapa Papi tidak tau kamu sudah menikah? kamu test drive duluan?" tanya Papi. "Yah Pi, apa hubungannya coba,.... nikah sama tes mobil, lagian mobil aku masih mobil lama kok" balasku heran. "Etdah nggak gaul... maksud Papi kamu DP duluan alias membuntingkan Amalia dulu baru menikah?"astaga bahasa Papi benar-benar deh, dasar orangtua kepo!!! "Mau tau aja urusan ranjang orang, urus ranjang masing-masing" balasku dan ucapanku tadi membuat Papi semakin kepo, entah dengan Mami apakah dia juga kepo dan bertanya dengan Amalia karena aku tau kedua orangtuaku itu type orangtua kepo dengan urusan anaknya.  ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN