11 | Melawan Natan

1838 Kata
SEJUJURNYA, Angel bukan seorang pemula. Jauh sebelumnya, dia pernah mendapat pelatihan tentang teknik bela diri dan juga seni berpedang dari tunangannya. Gerald mengajarinya beberapa teknik dasar menggunakan pedang, juga mengajarinya teknik milik laki-laki itu sendiri saat melawan musuhnya. Sedikit tips dan trik kotor pun diajarkan, agar Angel bisa menjaga dirinya dengan baik tanpa perlu bantuannya. Walaupun Gerald akan merasa sangat senang, karena bisa menjadi sosok yang sangat bisa diandalkan oleh tunangannya. Namun, dia akan lebih senang lagi jika Angel bisa piawai bela diri dan menggunakan pedangnya untuk menemaninya berlatih setiap hari, lantaran Raphael selalu menolak untuk menemaninya berlatih. Alhasil, Angel dan Gerald kerap saling lawan setiap hari demi mengatasi kebosanan laki-laki itu sendiri. Sisi baiknya, Angel mulai mahir menggunakan pedang. Dia juga cukup ahli bertarung dengan tangan kosong. Sebuah kemampuan tambahan yang berhasil menutupi kelemahan Angel sebagai seorang penyihir berbakat. Natan melihat semua gerakan putrinya dalam diam. Raphael hanya melatihnya sekali. Itu pun belum terhitung latihan, karena dia hanya menunjukkan dasar-dasar dalam menggunakan pedang dan beberapa teknik yang harus Claire hafal. Namun, Claire sudah terlihat terbiasa dengan semuanya. Anak perempuannya memang berlatih setiap hari. Pagi, lalu sore hari sampai malam. Ketika siang, dia akan beristirahat dan mengurung dirinya di kamar. Natan memfokuskan tatapannya ke arah Claire dan dia bisa melihat adanya energi sihir yang mengalir pelan di tubuh putrinya. Energi itu tidak kuat, tapi keberadaannya saja sudah cukup mengejutkan, karena sebelumnya Claire tak memiliki energi sihir sama sekali. "Apa dia juga belajar bagaimana cara membangkitkan mana?" tanyanya pada dirinya sendiri. Claire memang kadang terlihat di perpustakaan. Mengambil beberapa buku, lalu ia bawa kembali ke kamarnya. Lalu esoknya, dia mengembalikan buku itu ke tempat semula, seperti tidak pernah mengambil apa-apa. Natan sadar tentang hal itu saat ia melirik beberapa buku yang bergeser dari tempat seharusnya. Walaupun tidak pernah terlihat dengan baik, tapi Natan cukup sering membaca selama ini. Dia juga menghafal tata letak buku-bukunya dengan sangat baik. Itu mengapa, sedikit saja geseran membuat ia bisa mengetahui semuanya. Claire membaca tentang aturan kerajaan atau buku sihir untuk pemula dan semua tingkatannya. Dia tidak pernah mencari sesuatu yang berhubungan dengan dunia luar, selain kerajaan Athena sendiri. Sesuatu yang aneh karena sebelumnya dia sangat tertarik untuk keluar dari sini. Namun, Natan tidak ingin menanyakan alasannya pada putrinya. Pria dewasa itu berdiri, masuk ke dalam rumah, mengambil pedang miliknya, sebelum ia keluar dan menghampiri Claire. Claire tersentak, dia menoleh kaget padanya yang kini mengulum senyum tipis di bibirnya. "Apa kau sudah menghafal semua gerakan dasarnya?" Claire mengangguk pelan. "Sudah, Ayah." Walaupun aku tak pernah ingin membesarkanmu menjadi seperti ini, tapi apa boleh buat kalau kau memang menginginkan semua ini? "Kalau begitu, lawan aku!" Natan mengeluarkan pedangnya, dan mengacungkannya ke hadapan Claire yang fokus menatapnya. "Akan lebih mudah bagimu untuk belajar jika memiliki lawan, selain langsung menghadapi kenyataan, juga akan memberimu banyak pengalaman." Claire mengangguk padanya. Dia langsung mengambil posisi kuda-kuda dan mengacungkan pedangnya langsung ke arah ayahnya. Tatapan matanya lurus dan fokus, menatap Natan seorang sebagai lawannya. Sejak awal, Angel memang sudah menyadarinya. Walaupun Natan terkesan begitu posesif dan ingin mengurung putrinya di sini, tapi dia tetaplah ayah perhatian yang mau mendukung semua keputusan anaknya. Saat Raphael mau mengajarinya. Natan langsung mengambilkan salah satu pedang yang cukup ringan untuk diberikan pada Angel sambil mengucapkan, "Akan lebih baik menggunakan yang asli, daripada pedang kayu, karena keduanya memiliki berat berbeda. Walaupun itu berarti, kau harus menjaga ekstra keselamatanmu sendiri." Natan terdiam cukup lama. Dia memperhatikan kuda-kuda nyaris sempurna yang ditunjukkan Claire padanya. Itu memang salah satu gaya berpedang yang Raphael ajarkan, gaya berpedang keluarga Skywish yang memang biasa, tapi begitu khas jika klan mereka yang menggunakannya. Walaupun demikian, kuda-kuda itu terlihat sedikit berbeda dengan gaya berpedang keluarga Skywish. Entah hanya firasatnya atau memang benar begitu adanya, kuda-kuda itu terlihat lebih berani daripada yang harusnya hanya bertahan menerima serangan saja. Natan pun menyakini jika kuda-kuda itu telah digabung dengan gerakan lain. Dimodifikasi sedemikian rupa oleh Claire sendiri dan itu seharusnya mustahil dilakukan oleh putrinya yang bahkan belum pernah melihat dunia luar sama sekali. Angel memegangi pedang di tangan kanan yang terayun lurus ke depan, tangan kiri di balik punggungnya cukup siaga, jikalau Natan tiba-tiba menyerangnya dengan ilmu bela diri yang dimilikinya. Kuda-kuda kakinya sudah sempurna, tapi memang kedua tangan dan kakinya masih sedikit kaku saat memegang pedang dan bersiap seperti ini. Sakit yang kabarnya dia derita memang telah sembuh sepenuhnya, tapi tubuh ini bukanlah tubuh yang kuat dan dapat menerima hantaman benda apa pun dengan keras. Claire memiliki tubuh lemah dan itu memang fakta. Fakta menyesakkan, karena selama ini, dia tidak pernah banyak bergerak atau bahkan mungkin berpergian. Dia tidak pernah melatih satu pun otot tangan sebelumnya. Angel bahkan curiga, kalau Claire masih makan dengan cara disuap dan diberi minum oleh pelayan yang ada di rumah ini. Natan memasang kuda-kuda yang terlihat sama. Pedang di tangan kanannya terayun lurus ke depan, sedang tangan kirinya berada di balik punggung. Dia menatap lurus Claire lalu mengangguk pada putrinya. "Serang aku dengan sebaik mungkin!" teriaknya. Claire berlari ke arah Natan dan langsung menghunuskan pedangnya tepat ke perut, tapi Natan menangkisnya dengan mudah. Dia menepis pedang Claire ke samping, lalu ia melancarkan sebuah serangan pada putrinya. Claire menghindar dengan cepat. Tangannya memegang erat pedang tipis di tangan kanannya, memutar pedang itu sembilan puluh derajat lalu berusaha menggores wajah ayahnya. Natan tersentak, dia melompat mundur dan menjaga jarak. Claire membenarkan kembali pegangan pedangnya dan menyiapkan kuda-kuda sebelumnya. Dia menahan napas dan sedikit mengembuskannya secara perlahan, sebelum dia menarik napas panjang dan menahan kembali napasnya. Claire maju sekali lagi, kali ini dia mengincar kaki. Natan melompat terkejut melihat pemilihan target yang Claire buat untuknya kali ini. Dia baru saja menginjak pedang di atas tanah yang masih belum bergerak itu, saat Claire mengangkat sebelah kaki dan menendangnya dengan lemah. Gerakan itu ... tipuan itu ... jelas-jelas menunjukkan jika putrinya bukan seorang pemula. Dia tahu banyak hal tentang seni berpedang dan ilmu bela diri, hanya saja ... tendangannya ini sangat lemah sekali. Natan hampir tak merasakan ada yang menendangnya. Namun, jelas-jelas dia melihatnya sendiri saat Claire menendang tubuhnya. Itu berarti ... walaupun dia memiliki pengalaman, tapi tubuh Claire terlalu lemah untuk memberikan dampak serangan. Angel mengembuskan napas, karena dia sudah tak sanggup lagi menahannya. Dia melompat mundur, mencoba mengatur napasnya agar kembali teratur. Namun, tubuhnya ambruk ke atas tanah dan ia tahu bahwa saat ini dia telah kalah. Tubuh lemahnya tak bisa mengikuti gerakan cepatnya. Bukan tidak, tapi belum. Natan mengembuskan napas panjang. Dia memasukkan pedangnya kembali ke sarungnya, sebelum mengambil pedang putrinya dan berjalan mendekati Claire. "Jangan meninggalkan pedangmu apa pun yang terjadi," pesannya, sembari menyerahkan pedang itu kembali ke tangan putrinya. "Ayah?" panggilnya ragu. "Hm." Angel terdiam, Natan pasti telah mencurigai dirinya sekarang. Terutama setelah dia melihat gerakan Angel sebelumnya beserta tipuan yang dibuatnya. Pengalaman yang diberikan Gerald masih sangat membekas dalam ingatan dan ia melakukan semua itu tanpa ia sadari. Natan pasti mencurigainya, karena Raphael hanya pernah mengajarinya sekali. Itu pun hanya dasar-dasar gerakannya saja, bukan tentang tipuan ataupun trik murahan lainnya. "Apa ... aku bisa menjadi lebih kuat lagi?" tanyanya. Kepalanya menunduk, tidak berani menatap Natan yang kini menatapnya serius. "Kenapa kau sangat ingin menjadi kuat? Jika untuk melindungi dirimu sendiri, kau tak perlu melakukannya. Aku akan terus berada di sampingmu dan terus melindungimu, bahkan Raphael pun akan melakukan hal yang sama tanpa harus kau memintanya lebih dulu." Walaupun Angel tahu itu dan ia sangat percaya pada kalimat Natan. Namun, mereka bukan melindungi Angel, melainkan melindungi Claire. Pemilik tubuh asli yang dia tempati sekarang. "Sekali pun aku bukan bagian dari keluarga kalian, apa kalian tetap mau melindungiku?" tanyanya pilu. Natan terdiam, wajahnya berubah menjadi datar dan dingin. Dia tak menyangka Claire akan mengatakan kecurigaannya beberapa hari terakhir secara langsung. Kecurigaan yang dibenarkan oleh putrinya sendiri, kalau dia memang bukanlah anaknya. Natan bisa melihat ekspresi sedih dan putus asa yang berada di wajah putrinya. Ekspresi itu bukan ekspresi yang disengaja maupun dibuat-buat. Dia serius akan ucapannya dan rasa sedih serta rasa putus asa itu kemungkinan besar berasal dari sesuatu di masa lalunya. Sesuatu ... sebelum dia berada di dalam tubuh Claire yang kemungkinan besar memang sudah tiada di dunia ini lagi untuk selamanya. Walaupun Natan ingin bertanya banyak hal pada Claire sekarang, tapi dia tidak bisa menanyakannya. Dia tidak ingin Claire menjaga jarak darinya. Walau memang roh di dalam tubuh itu bukan lagi sosok putrinya, tapi fisik lemah yang dia gunakan adalah fisik asli putrinya. Dan Natan tidak ingin kehilangan putrinya untuk kedua kalinya. "Kau bicara apa, Claire? Tentu saja aku akan melindungimu apa pun yang terjadi. Kau adalah anakku, seperti apa pun kau sekarang atau sebelumnya, aku tak peduli hal itu. Kau anakku dan aku akan melindungi serta membahagiakanmu." Natan tiba-tiba saja terdiam. Mengapa Claire ingin sekali menjadi lebih kuat? Apakah ada orang yang tengah mengincar nyawanya? Itu kenapa dia ingin menjadi lebih kuat, agar dia bisa melindungi dirinya? Natan mengetahuinya, tapi dia mau menerima Angel selayaknya dia menerima anaknya sendiri. Netra biru langitnya berkaca-kaca. Angel mendekati Natan dan langsung memeluknya dengan erat. "Terima kasih, Ayah!" "Aku tidak ingin kehilangan dirimu untuk kedua kalinya, Claire." Natan membelai rambut pirang Claire yang dikucir kuda. "Maka aku akan mengajarimu, agar kau menjadi lebih kuat dan lebih kuat lagi dari sebelumnya." Angel hanya mengangguk lemah dalam dekapan tangan ayah barunya itu. Benar-benar ayah baru, keluarga yang baru, Natan benar-benar mau menerimanya sebagai keluarga, padahal dia sadar bila Angel bukanlah putrinya. "Apa aku boleh bertanya, kenapa kau mau melakukannya? Mengajariku yang lemah ini akan memakan banyak waktu dan sangat melelahkan. Aku ...." "Sebentar lagi kau genap berusia enam belas tahun. Sudah saatnya kau pergi ke sekolah kerajaan seperti anak-anak bangsawan yang lain. Kau ingin keluar dari sini, maka itu adalah jawaban yang kau miliki." Angel tersentak, dia melepas paksa pelukannya dan Natan pun melepaskannya. Tatapan mereka bertemu. Ayah dan anak yang sangat mirip secara fisik, berambut pirang dan bermata biru langit. "Sekolah?" "Sekolah akademi kerajaan. Tempat di mana semua bangsawan akan belajar banyak hal, mengenyam pendidikan, juga memilih antara menjadi penyihir dan ksatria kerajaan. "Kau mungkin tidak bisa masuk ke bagian sihir, karena mana di dalam tubuhmu terlalu lemah. Namun, setidaknya, kau bisa masuk menjadi ksatria. Walau cukup menggelikan jika membayangkan seorang putri yang sangat cantik sepertimu menjadi seorang ksatria." "Ayah ...." "Hanya itu satu-satunya jalan yang bisa membawamu keluar dari sini. Raphael sudah merencanakannya sejak awal. Dia tidak pernah berniat serius membawamu pergi, tentu saja, pergi yang dia maksud adalah membawamu ke sekolah itu." Angel langsung cemberut. Raphael menyebalkan! Padahal dia sudah berpikir, kalau laki-laki itu serius saat berkata akan membawanya pergi, kalau dia bisa melindungi dirinya sendiri. Kenyataannya apa? Dia memang akan membawa Angel pergi, tapi hanya sebatas itu. Karena Angel akan kembali terkunci di dalam kekangan aturan di sekolah asrama. Natan menepuk puncak kepala putrinya. "Kau bisa membalasnya saat dia pulang. Lawan dia dengan serius, kalahkan dia, dan permalukan kakakmu itu." Pria itu mengulum senyum miring. "Namun sebelumnya, kau harus berlatih keras untuk meningkatkan staminamu lebih dulu dan gerakan dasar bela diri, baru kau boleh menggunakan pedangmu lagi. Kau mengerti?" Angel mengangguk paham. "Aku mengerti Ayah, tolong latih aku dengan sabar!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN