WAKTU berlalu dengan cepat dan Angel merasa dirinya sudah berkembang dengan pesat. Walau dia masih tetap merasa lelah setiap kali selesai berlatih, tapi menurut Natan semua itu wajar untuknya.
Angel bagaimanapun juga masih pemula. Dengan tubuh lemah dikarenakan hidup berpenyakitan selama bertahun-tahun lamanya. Jadi, dia akan membutuhkan waktu yang sangat lama jika ingin menjadi pendekar pedang yang hebat layaknya Raphael.
"Mungkin, sebentar lagi Peachell itu akan sampai di sini," kata Natan secara tiba-tiba, menghentikan serangannya dan memasukkan kembali pedang itu ke sarungnya.
"Peachell?" Angel memiringkan kepala, mencoba untuk mengingat-ingat siapa Peachell yang dimaksud ayahnya.
"Tunanganmu." Natan mengembuskan napas berat. "Batas waktu untuk hukuman yang kuberikan padanya sudah berakhir. Dia pasti akan datang, secepat mungkin."
Terlihat jelas jika Natan tidak menyukai Theo sampai dia enggan memanggilnya menggunakan nama depannya. Namun, seingat Angel, Natan pernah memanggil 'Theo' ketika tunangannya itu sedang bersama dengannya.
Apa itu hanya bentuk sopan santun Natan kepada calon menantunya?
"Kenapa dia harus datang secepat mungkin? Bukankah, aku tidak akan bisa lari ke mana pun sekali pun dia datang terlambat ke sini?"
Natan terdiam. Dia lupa, kalau putrinya jelas-jelas telah melupakan semua masa lalunya. Pria itu menatap anaknya serius. "Aku tidak tahu, apa kau masih menyukainya atau tidak sekarang? Tapi dulu, kau selalu mengharapkan kedatangan Theo. S-E-L-A-L-U."
Natan bahkan mempertegas kata-kata 'selalu' yang sukses membuat Angel bergidik ngeri. Jikalau boleh jujur, Angel lebih ingin Raphael yang datang ke sini untuk mengajari dan menemaninya berlatih lebih giat lagi.
Theo ... walaupun Angel tahu, dia orang yang baik, juga berstatus sebagai tunangannya sendiri. Namun, terkadang dia merasa ada yang mengganjal dari laki-laki itu.
Seperti ... sosok yang menyembunyikan hasrat dan keinginannya di balik senyuman manis dan mempesona yang ia miliki.
Terutama karena Angel ingat dengan jelas isi percakapan Raphael dan Natan tentang sebab kematian Claire sebelumnya. Kematian yang berkemungkinan besar berkaitan dengan Theo itu sendiri.
Apa dia harus marah pada Theo dan membalaskan dendam Claire?
Namun, dia tidak tahu apa yang benar-benar harus dilakukannya saat berada di hadapan laki-laki itu. Dia juga tak tahu masalah Claire dengan Theo sebelumnya.
"Jujur saja, aku lebih suka jika Kak Raphael yang datang dan menemaniku berlatih pedang, daripada Theo yang datang kemari," akunya jujur.
Natan langsung tergelak mendengar pengakuannya. Putrinya benar-benar telah berubah menjadi seseorang yang gila bertarung. Benar-benar seperti pria bodoh yang selalu mengutamakan kekuatan di atas segalanya.
Namun, dia tidak bisa lantas menyalahkan keinginan putrinya untuk terus bertambah kuat. Karena Claire lahir sebagai seorang yang lemah, dia pasti ingin menjadi kuat setiap harinya.
Natan tersenyum lebar saat membalas ucapannya, "Jangan sampai Raphael mendengarnya atau dia akan pulang dengan cepat hanya untuk memeluk dan menciummu seharian penuh."
Angel bergidik ngeri saat membayangkan Raphael datang dengan senyum nakal yang mengembang sempurna, lalu memeluk dan menciumi sekujur wajahnya.
Angel tiba-tiba saja teringat pada Theo yang mau menciumnya sebulan yang lalu. Dia pun memutuskan untuk bertanya pada Natan perihal hal seperti itu, karena Angel tidak begitu mengetahui aturannya.
Jikalau memang hal seperti itu sudah biasa atau wajar saja terjadi, mungkin ... Angel harus membiasakan diri untuk membiarkannya(?)
Kenapa kesannya, dia akan pasrah layaknya seorang perempuan murah?
"Apa ... semua anak bangsawan terbiasa melakukan hal seperti itu, Ayah?" Dia bergidik ngeri saat lanjut mengatakan kalimatnya sendiri, "Seperti pelukan, ciuman, dan sebagainya dengan saudara maupun tunangannya?"
Natan tersentak kaget. Dia memang tahu roh di dalam tubuh putrinya bukan lagi milik Claire, tapi dia tidak tahu berapa usia asli pemilik roh itu.
Dia tidak mungkin juga bertanya, karena itu akan membuat Claire curiga dan ketakutan karena berada di sekitar orang yang tahu identitas aslinya.
Apa jangan-jangan dia masih kecil?
Dia masih terlalu polos dan naif?
Bahaya!
Natan tidak bisa membiarkan dia berada di dalam lingkungan orang dewasa yang kebanyakan berisi pria-pria m***m seperti Theo dan Raphael!
Natan menatap putrinya dengan mata melebar. "Jika kau memang tak menyukainya, maka larang mereka melakukannya."
Natan berdeham keras. "Sejujurnya, sebagai orang tua aku tidak pernah menyukainya. Hal-hal seperti itu terlalu cepat untuk anak-anak remaja seusia kalian, tapi perkembangan zaman diikuti kotornya isi pikiran memperparah semuanya. Aku tak bisa melakukan apa-apa, karena mereka bukan anakku, tapi kau berbeda, Claire.
"Aku tidak ingin kau terjerumus ke sana, aku ingin melindungimu. Jadi, jika kau memang bisa melakukannya, aku memohon padamu untuk melarang siapa pun melakukan hal-hal seperti itu padamu."
Angel mengerjapkan mata saat mendengar penuturan Natan. Jadi, itu bukanlah hal biasa dan wajar dilakukan oleh anak bangsawan pada umumnya. Semua itu hanyalah hasrat mereka sendiri yang bergolak di usia muda.
Angel tidak pernah tahu tentang perkembangan zaman, karena desanya berada di tengah-tengah hutan besar yang membentang luas di ujung selatan. Ayah dan semua keluarganya termasuk orang yang melarang hal-hal di luar batas, terutama karena mereka semua belum menikah.
Gerald juga, walaupun Angel yakin laki-laki itu kerap memikirkannya, tapi dia tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu. Berpegangan tangan dan pelukan memang pernah, tapi hanya sampai di tahap itu yang paling parah dalam hubungan mereka. Gerald tidak berani melakukan hal-hal di luar batas.
Tentu saja tidak, karena isi otaknya hanya berlatih dan berlatih setiap hari.
Namun, entah kenapa Angel merasa lega karena Gerald tak pernah masuk dalam lingkup dunia yang salah selama ini. Entah kenapa ... dia merasa bersyukur.
Tunggu ....
Angel menatap Natan dengan mata melotot. "Apakah Kak Raphael pernah melakukannya?" tanyanya syok.
"Kau pasti sudah pernah melihat senyuman mengerikan miliknya, bukan?" Natan mendesah kasar. "Aku benar-benar ingin segera menikahkannya. Dia benar-benar berbahaya jika terus dibiarkan berkeliaran bebas di luar sana."
Angel merasa syok. Raphael tipe pendiam, benar-benar diam dan tenang. Dia jarang tersenyum seperti itu saat berada di sekitar Angel dulu. Namun, kalau Natan telah membenarkannya itu berarti ... memang benar.
Angel menelan ludahnya kelu.
Gerald selalu bersamanya. Bisa jadi Raphael telah mengajarkan hal seperti itu pada Gerald sejak lama. Akan tetapi, Gerald terlalu tidak peduli atau sebenarnya dia sangat peduli dan menahan semua hasratnya sendiri.
Tunggu, kenapa aku terus menerus memikirkan Gerald sejak tadi?
"Kau membuatku terdengar sangat buruk di depan adikku sendiri, Natan!" Raphael muncul dengan wajah masam. "Tentu saja aku pernah melewati batas, tapi aku tidak selalu menjadi seburuk itu, kan?"
Angel menoleh dengan wajah terkejut saat melihat Raphael sudah berjalan menuju ke arahnya. Senyuman pria itu mengembang dengan sempurna. Senyum yang tampak berbeda dari senyuman nakal yang biasa dia perlihatkan pada Angel sebelumnya.
"Kau yakin tidak selalu? Aku mendengar rumor tentangmu yang lebih sering mengunjungi rumah b****l, daripada kerajaan tempat kerjamu sendiri," desis Natan sedikit emosi.
Raphael mendengkus. "Jangan mendengarkan kata-katanya, aku tidak seburuk itu saat di luar sana."
"Kau hanya mengingkari kenyataannya!" teriak Natan marah.
Namun, Raphael mengabaikannya. Dia menatap Claire lurus-lurus. "Jadi, selama ini Natan yang mengajarimu?" tanyanya, begitu ia berdiri di depan adiknya, nadanya terdengar lebih ceria dari yang ia kira.
"Kau benar-benar tidak berniat mengajarinya. Memperlihatkan teknik dasar saja, lalu kau pergi meninggalkannya selama sebulan. Kapan dia bisa melindungi dirinya sendiri, kalau latihan darimu hanya sebulan sekali?" Natan mengatakannya dengan nada lebih geram lagi dari sebelumnya.
Raphael meringis mendengar penuturan Natan. "Sshh ... aku juga tidak bermaksud seperti itu, tapi apa boleh buat? Untungnya kau sigap dan mau mengajarinya. Jadi, Claire ...," Raphael menatap adiknya dengan senyum menggoda, "apa kau mau melawanku hari ini?"
"Sejak kapan kau jadi suka melawan perempuan, Raphael! Seleramu memang buruk!"
Angel menoleh sekali lagi dan langsung mengumpat di dalam hatinya begitu melihat Theo sudah berdiri di sana dengan wajah dingin yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Theo akrab dengan senyuman manis yang memikat dan memesona. Dia sangat jarang memasang wajah tegas dan terlihat dingin seperti sosok yang ada di seberang sana.
Namun tunggu ... sejak kapan dia berdiri di sana?
Angel pun mulai panik. Dia belum berganti pakaian dengan sesuatu yang lebih sopan sebelum menemui tunangannya. Dia juga tidak mungkin menemuinya dalam keadaan tidak sopan seperti ini. Terlebih dengan tubuh bau keringat dan penampilan acak-acakan karena baru saja selesai berlatih bersama Natan, kan?
Theo mendekat sambil menatapnya lekat. Senyuman manisnya mengembang dengan sempurna. "Aku memang mendengar kau sedang berlatih pedang dari Leo, tapi tak kusangka kau benar-benar melakukannya."
Angel tersenyum masam. Walaupun Theo dihukum untuk tidak boleh datang kemari selama sebulan, tapi Leo selalu datang untuk memantau bagaimana kesehatannya.
"Apa aku tidak boleh berlatih pedang?" tanya Angel serius. Jika Theo bilang tidak, maka dia takkan mau menganggapnya sebagai tunangannya lagi.
Theo menggeleng. "Aku memang tidak menyetujui hal seperti ini. Aku berani bersumpah untuk menjagamu, tapi kalau Natan mengizinkanmu melakukannya, memangnya apa lagi yang bisa kulakukan selain mendukungmu?"
Tangan kanan Theo terulur ke arah tunangannya, hendak merapikan rambut Claire yang berantakan dan menempel di pelipisnya karena sebuah keringat. Namun, sebelum tangannya menyentuhnya, sebuah pedang yang masih disarungkan itu terayun cepat ke arah tangannya.
"Kalau kau berani menyentuhnya, aku akan membunuhmu!" Natan berkata dengan nada dingin.
"Kenapa aku tak boleh menyentuh tunanganku sendiri?" Theo balik bertanya, senyumannya lenyap menjadi ekspresi dingin yang menyeramkan saat berbalik memandangi Natan.
"Apa aku perlu memperjelas semuanya di sini?"
Suara Natan yang terdengar dingin itu sanggup membuat Angel merasa tubuhnya menggigil. Ayahnya memang bentuk seorang pemimpin yang tegas, wajah datar dan dingin memang akrab untuknya. Namun, kali ini ekspresi dan nada suaranya terkesan terlalu berlebihan.
Dia juga tak begitu mengerti, alasan yang membuat ayah serta tunangannya menjadi saling tatap dengan ekspresi mematikan seperti ini. Dia menoleh ke arah ayah dan tunangannya secara bergantian.
Dia harus melakukan apa pada mereka?
Dia harus berbuat apa untuk mengembalikan atmosfer yang mulai terasa layaknya sedang berada di musim dingin?
Kemudian dia menatap Raphael yang malah tersenyum padanya dengan wajah tak berdosa. "Jadi, kita akan menunda pertarungan di antara kita lagi?" tanya Raphael.
Theo beralih menatapnya dengan delikan tajam. "Aku tak akan membiarkanmu melawan Claire. Apa pun yang terjadi, tidak akan kubiarkan kau melukainya sedikit pun!" desisnya tajam.
"Mana mungkin aku melukainya? Dia adikku yang paling kusayang, mana mungkin aku akan melukainya?" Raphael balik bertanya dengan nada bodoh yang dibuat-buat. Sengaja dibuat untuk membuat Theo kesal padanya.
"Adik? Lelucon macam apa yang kau katakan pada Claire sebenarnya, ha!? Kau bukan siapa-siapa dia, selain sesama keturunan Skywish dari keluarga lainnya!" sahut Theo emosi.
Angel terdiam cukup lama, dia menatap Raphael untuk meminta penjelasan. Namun, Raphael mengabaikan dan tersenyum mengejek ke arah Theo.
"Lalu, kenapa? Apa kau tak terima jika aku menjadi kakak dari tunangan manismu ini, hm?"
Kesempatan yang bagus. Dia ingin memukul Theo atas apa yang dilakukannya pada Claire sebelumnya, tapi dia tidak mungkin terang-terangan mengatakannya di depan Claire, kan?
"Manusia b***t sepertimu tidak pantas menjadi kakaknya!"
Kena, kau!
"Baiklah ... baiklah ... kalau kau bisa mengalahkanku, aku akan berhenti menjadi kakaknya!" tantang Raphael.
Natan hanya bisa mengembuskan napas kasar. Dia menyerahkan pedang di tangannya pada Theo, lalu kedua pejantan itu melompat dan saling mengeluarkan pedang masing-masing.
Angel masih diam, terpana sepenuhnya akan informasi yang baru saja dia terima.
Apa maksudnya sesama keturunan Skywish, tapi dari keluarga yang berbeda?
Jadi, Raphael bukan kakak kandungnya?
Angel menoleh pada Natan yang tersenyum padanya, lalu menjelaskan tanpa harus dia menanyakannya lebih dulu.
"Sebenarnya, dia adalah kakak sepupumu dari keluarga jauh Skywish. Aku mengadopsinya saat dia berusia sepuluh tahun. Aku ingin dia melanjutkan keturunan Skywish di sini yang mungkin akan terputus olehku," jelas Natan panjang lebar.
"Terutama, karena kau mungkin akan mati sebelum membuat keturunan baru. Ayahmu pasti memerlukan seseorang untuk meneruskan garis keturunannya, bukan?"
Angel membeku. Suara itu berasal tepat di samping telinganya. Tubuhnya menegang, napasnya tertahan, dia mengenali suara itu dengan baik. Dia sangat mengenalnya ....
Gerald.
Secara refleks Angel mengeluarkan pedangnya dan menyerang Gerald yang menghindari serangannya dengan mudah.
Natan langsung melotot melihat tindakan Claire yang berani menyerang pangeran dengan mudahnya.
Gerald tersenyum miring. "Ini pertemuan pertama kita, tapi kau terlihat seperti ingin membunuhku saja?"
Angel melompat mundur, menjauhi Gerald dan langsung memasang kuda-kuda bertahan ala keluarga Skywish.
Natan tak percaya pada indra pengelihatannya sendiri. Claire langsung menyerang Gerald? Apa yang terjadi?
Kenapa bisa ....
Kekagetannya berubah menjadi sesuatu yang mengerikan saat ia teringat akan siapa yang berada di balik raga putrinya saat ini. Sosok asing yang ingin melindungi diri dari sebuah bahaya yang mungkin berusaha merenggut nyawanya.
Dan refleksnya untuk langsung menyerang Gerald seperti itu, berarti ....
Gerald yang akan membunuhnya?
"Sedang apa kau di sini?"
Dan pertanyaan Claire sanggup membuat pertarungan Theo serta Raphael terhenti.