08 | Jatuh Sakit

1734 Kata
JANGAN berpikir, seorang Raphael akan berbelas kasih saat melatih adiknya sendiri. Pria itu benar-benar keras dalam latihannya, begitu tegas, dan sangat disiplin. Dia memang memaklumi kekurangan Claire —sebagai orang yang baru mulai berlatih ditambah memilki daya stamina yang lemah, tapi hanya sebatas itu yang dilakukannya. Sisanya ... tak ada bedanya dengan latihan biasa. Dia benar-benar melatihnya dengan kejam dan tanpa ampun. Meminta Angel menirukan semua gerakannya dengan pasti dan tak mengizinkan adanya satu pun kesalahan yang terjadi. Walaupun Angel merasa itu lebih baik, daripada Raphael membeda-bedakannya karena kekurangan fisiknya. Namun, tetap saja, stamina tubuhnya langsung terkuras habis dan ia tak bisa melanjutkan latihan lantaran sekarang tubuhnya telah jatuh lemas. "Secepat ini kau sudah tak bisa mengikuti gerakanku lagi?" Pertanyaan dengan nada meremehkan itu membuat Angel menatap Raphael dengan wajah datar. Apa boleh buat, bukan? Fisik dan staminanya sekarang memang masih payah. Namun, dia yakin, suatu hari nanti, dia bisa menjadi lebih baik dari hari ini. Dia akan terus berlatih. Berusaha menjaga ketahanan tubuhnya dan kalau bisa terus mengembangkannya agar Angel benar-benar bisa melakukan semuanya dengan baik. "Jangan merajuk seperti itu." Raphael duduk di samping tubuh Angel yang masih rebahan di atas rumput. "Kau memang baru mencobanya sekali. Itu wajar saja terjadi. Terlebih lagi, keadaanmu memang seperti ini." Raphael tahu hal itu, dia memakluminya, tapi dia tetap ingin memberikan kalimat kasar yang membuat adiknya kesal. Sengaja? Benar. Dia ingin Claire marah padanya dan semakin bersemangat untuk menggapai apa yang sela ini diinginkannya. "Kau sudah tahu hal itu, lalu kenapa kau tetap mengatakannya padaku?" Angel mendengkus kesal. "Aku hanya ingin memperjelasnya, agar kau marah dan semakin bersemangat membuktikannya padaku." Raphael menjelaskan maksud tindakannya dengan senyum jenaka, senyum nakal yang mulai akrab dalam ingatan Angel sekarang. "Setiap hari, pastikan kau terus berlatih seperti ini. Ulangi gerakan yang kuajarkan padamu sampai kau menghafal semuanya di luar kepala dan menjadikan gerakan itu sebagai gerakanmu sendiri untuk melawan. Saat kembali nanti, aku akan melawanmu untuk melihat sampai di mana hasil perkembangan latihanmu." Angel terdiam, kata-kata Raphael menyiratkan jika dia akan pergi dari sini secepatnya. "Kau sudah mau pergi?" tanyanya kemudian, nadanya cukup sedih saat mengatakannya. Dia baru saja berlatih dengan Raphael satu kali dalam satu hari dan dia sudah mau pergi meninggalkannya. Guru macam apa laki-laki di sampingnya ini? Raphael mengangguk lemah. "Jika bisa, aku ingin menemanimu berlatih lebih lama. Namun, Gerald kembali mengamuk di sana. Dia hampir membunuh penasihat kerajaan, karena mereka mengusulkan pertunangan baru untuknya," jelas Raphael panjang kali lebar. Dia baru mendapatkan kabar itu beberapa saat yang lalu. Saat sebuah burung merpati putih hinggap di bahu dan membawa pesan baru tentang amukan Gerald yang menyeramkan. Raphael menghela napas kasar. Ternyata merepotkan juga menjadi pengawal pribadi seorang pangeran yang tempramental seperti Gerald. Angel mengatupkan bibirnya rapat-rapat mendengar kabar yang keluar dari mulut Raphael. Jelas saja akan ada banyak anak gadis di kerajaan Athena yang mau Gerald menjadi calon suaminya. Terutama, karena Gerald adalah seorang pangeran kerajaan, posisi yang sanggup mengangkat derajat klan seorang bangsawan jika bisa membuat anaknya bersanding dengannya. "Aku turut berduka padanya," kata Angel kemudian. Raphael menoleh pada adiknya dengan raut wajah terkejut. "Hah?" Dia tidak salah dengar, bukan? Claire berduka pada Gerald yang bahkan belum pernah dia temui sosoknya dan dia lihat sendiri bagaimana rupanya. "Pasti permintaan itu sangat menyakitkan untuknya. Dia baru mengetahui tunangannya mati dan tak lama kemudian dia harus bertunangan dengan orang lain lagi. Jika sebelumnya dia tidak begitu mencintai tunangannya, maka dia tidak akan semarah itu, hanya karena harus menggantikan posisi 'siapa yang akan menjadi calon pendamping hidupnya' di masa depan, kan?" Tunggu dulu? Kenapa Angel bisa mengatakan hal seperti itu? Apa dia mengiyakan jika Gerald selama ini memang mencintainya? Lalu, kenapa dia membunuh keluarga Angel, kalau dia memang mencintainya? Karena keluargamu adalah keluarga pengkhianat. Sial! Bisikan suara Archilles membuat Angel mengumpat di dalam kepalanya. Dia tidak tahu apa-apa. Dia tidak tahu siapa pengkhianat yang sebenarnya. Dan walaupun dia tahu aturan tak tertulis di Kerajaan Athena tentang seorang pengkhianat, dia tetap tak terima jika keluarganya dibantai dengan cara mengerikan seperti itu. "Kau benar juga," Raphael berbicara sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, "Gerald memang sangat mencintai Angelica, tapi dia harus menerima fakta jika semua keluarga Angelica telah dibunuh oleh orang tak dikenal sebelum kasus yang menjerat Airfist diselidiki." Angel menoleh cepat. "Kasus?" Raphael menoleh, lalu mengangguk. "Aku sebenarnya tak begitu ingin memberitahumu apa alasannya, tapi aku akan mengatakannya padamu. Salah satu paman Angelica membelot ke Kekaisaran Laconia. Kasus itu masih dalam proses penyelidikan, dan saat Gerald serta Pangeran Archilles datang, keluarga itu sudah binasa dengan keadaan yang sangat mengerikan." Raphael tidak ikut dalam pembunuhan itu. Hanya itu yang bisa Angel tangkap setelah mendengar penjelasan Raphael yang begitu tenang mengatakannya. Seperti mengatakan ... kematian semua keluarga Airfist tak ada kaitannya dengannya. Itu berarti ... yang membunuh semua keluarga Airfist hanyalah mereka berdua. Gerald dan kakaknya Archilles saja. Namun, kenapa? Kenapa mereka melakukannya?! "Claire?" Panggilan itu membuat Angel tersentak. "Ya?" "Kenapa ekspresi wajahmu terlihat setegang itu?" Raphael menatap Claire penuh selidik. Dia mencoba mencari tahu, tapi dia tak bisa menemukan apa pun. Angel menggeleng dengan pelan, lalu dia bangkit dari tidurannya. Duduk sebentar untuk menarik napas panjang, sebelum dia berdiri dan bersiap mengambil kembali pedang yang diberikan Natan padanya sebelum pergi berlatih sebelumnya. "Tidak ada apa-apa, aku hanya merasa ... telah menyaksikan sesuatu yang mengerikan saja," katanya. Itu masalahnya sebagai seorang Angelica von Airfist. p*********n keluarganya tak diketahui jelas siapa yang melakukannya, tapi Angel tahu pasti siapa yang telah melakukan hal itu. Untuk sekarang ... dia akan mengabaikan masalah itu lebih dulu. Lalu, setelah dirinya yang lemah ini menjadi kuat dan bisa melawan mereka, barulah dia akan mulai menyusun rencana untuk menghadapi mereka dengan kedua tangannya sendiri. *** Angel tak menyangka jika tubuhnya akan ambruk tepat keesokan hari saat dia bagun pagi setelah latihan pertamanya selesai. Padahal, kemarin dia merasa jika semuanya baik-baik saja, tapi pagi ini, dia kembali menjadi sosok yang tak berdaya dan tak bisa melakukan apa-apa. "Apa yang aku katakan? Dia takkan sanggup mengikuti latihanmu yang keras itu," kata Natan, mendengkus begitu melihat Claire hanya bisa berbaring dengan mata sayu menatap ke arahnya. "Istirahatlah yang cukup, kau boleh berlatih lagi setelah keadaanmu lebih baik." "Kepalaku sangat pusing," gumam Angel yang membuat dua pria itu tersenyum miring. "Tentu saja, penyakitmu akan datang kembali kalau kau memaksakan diri. Tapi tidak apa-apa, asal kau percaya pada dirimu kalau kau bisa melakukannya, semuanya akan berlalu baik-baik saja." Raphael mencoba menyalurkan energi positif, juga dorongan semangat pada adiknya. Natan mendengkus pelan. "Kau tak menyesal sedikit pun karena telah mengajarinya sekeras itu? Dia takkan bisa mengantar kepergianmu jika keadaannya seperti ini, kan?" Mengantar kepergian? Raphael akan pergi hari ini? Angel mencoba duduk dengan paksa di atas ranjangnya. Walau kepalanya langsung terasa seperti baru saja ditimpa beban seratus kilo, ditambah rasa sakit yang menusuk-nusuk sekujur tubuhnya. Dia ingin duduk sekarang agar bisa menatap Raphael lebih intens. "Kau akan pergi hari ini?" tanyanya, terkejut sekaligus sedih secara bersamaan. Raphael tersenyum menenangkan. "Iya, aku akan pergi hari ini." "Aku tak akan bisa mengantarmu, jika kau pergi hari ini, Kak." Angel mencoba memohon agar Raphael tidak pergi hari ini. Minimal besok, kalau dia bisa bangkit berdiri dengan kedua kakinya sendiri dan mengantarnya pergi. Bukannya sedih, Raphael malah tertawa. "Memang kau ingin mengantarku sampai di mana?" Laki-laki itu tersenyum geli. Dia menatap Natan dengan ekspresi menyalahkan. "Ini salahmu, kau harusnya tak memberinya sebuah harapan palsu. Dia pasti berpikir mau mengantarku sampai kerajaan, padahal kau tak mungkin membiarkannya meninggalkan pintu gerbang." "Apa?!" Angel melotot tajam, walau imbasnya kepalanya terasa semakin sakit sekali. Apa maksudnya? Raphael mengulum senyuman geli. "Kalaupun kau mau mengantarku pergi, kau hanya bisa melakukannya sampai pintu gerbang kediaman ini, tidak lebih jauh dari itu, karena dia takkan membiarkanmu pergi." Raphael menunjuk Natan dengan jari telunjuk kanannya. Angel menoleh ke arah Natan yang kini menyeringai di tempat ia berdiri. "Kenapa aku baru sadar, jika ayahku ternyata orang yang sangat menyebalkan?" tanyanya. "Hei!" protes Natan tak terima, karena disebut menyebalkan oleh putrinya. "Kau benar, dia memang sangat sangat menyebalkan!" Raphael tertawa tanpa beban. Dia sama sekali tak terlihat sedih, karena harus meninggalkan Claire ... yang lagi-lagi harus sendirian. Angel kembali menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Ekspresinya menjadi murung saat mengatakan, "Sampai kapan aku harus dikurung di sini? Aku ingin pergi ...." "Setelah kau bisa melindungi dirimu sendiri, aku akan menyingkirkannya dan membawamu pergi dari sini." Raphael menunjuk ayahnya dengan jari. Tampak jelas sangat menyebalkan dengan sikapnya yang tidak sopan itu. Angel menatap Raphael dengan ekspresi tak percaya. "Apa kau mau berjanji?" "Aku berjanji. Jika dia menghalangi kita untuk pergi, aku hanya perlu membuangnya sampai kita meninggalkan tempat ini." Raphael mengedipkan sebelah matanya menggoda. "Tenanglah, kakakmu ini sangat ahli dan bisa diandalkan." "Sepertinya, aku harus mulai mencari seorang wanita sebagai tunanganmu sebelum kau terus menerus menggoda adikmu dan mungkin melakukan hal yang buruk padanya," kata Natan secara tiba-tiba. Raphael tersenyum miring. "Apa wajahku terlihat seperti seorang kakak yang ingin m*****i adiknya?" "Siapa yang bisa melihat isi hati busukmu itu saat melihat Claire kesayanganku, kan?" Natan balik bertanya dengan nada sinis terselip di antara ucapannya. "Jangan melakukannya. Aku akan membunuhmu, jika kau berani mencarikan wanita untukku. Aku belum mau menikah apalagi bertunangan dengan siapa pun untuk sekarang," katanya tegas. Natan mengangguk. "Ya ... ya ... aku mengerti itu." Namun, Angel tak bisa memahaminya. "Memang kenapa dengan pertunangan? Bukannya memiliki tunangan akan memudahkan dalam menentukan pasangan hidupmu di masa depan?" Raphael hanya tersenyum samar, tak memberikan penjelasan apa pun selain membelai puncak kepala Claire dengan lembut dan perlahan "Kau belum mengerti, bagaimana isi pikiran laki-laki dewasa yang lebih menyukai kebebasan daripada kekangan dari aturan tak tertulis yang dinamakan pertunangan," jawabnya yang sama sekali tak bisa Angel mengerti bagaimana maksudnya. "Kau akan memahaminya saat kau dewasa dan melihat dunia luar, sayang. Lekaslah sembuh dan lanjutkan latihan kerasmu! Aku akan tetap menguji kemampuanmu saat kembali kemari nanti!" "Pastikan kau akan kembali. Aku akan menunggu kepulanganmu!" kata Angel. Raphael membelai puncak kepala Claire, lalu meninggalkan satu kecupan singkat di keningnya. "Kau kira, aku akan pergi untuk bunuh diri? Jangan meremehkan kekuatanku, aku cukup kuat sebagai seorang kstaria kerajaan." "Aku tahu." Angel jelas mengetahui itu, tapi ia tetap takut jika membayangkan kalau dia harus kehilangan Raphael, sosok kakak laki-laki yang menyenangkan, hebat, dan bisa diandalkan. Raphael, Natan, Ellena. Tiga orang yang kini menjadi keluarga barunya. Tiga orang yang sangat-sangat disayangi olehnya. Dia tidak ingin hal buruk terjadi pada mereka bertiga. Maka dia akan melindunginya. Dia akan berusaha keras melindungi mereka. Karena Angel ... tidak ingin kehilangan keluarganya untuk kedua kalinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN