Sabine mengernyitkan dahinya. Dia tidak menyangka sikap Evi sekarang. Dia tidak sehangat dulu. Mungkin karena perceraiannya dulu dari Niko. “Jawaban apa yang Tante harapkan dari pertanyaan itu?” Evi terdiam. Ditatapnya wajah Sabine yang penuh senyum misteri. “I trained him … dia cukup piawai di atas ranjang.” Sabine mengetuk-ngetuk jari jemarinya di atas meja café sambil melempar pandangannya ke Niko dan Bira yang duduk jauh dari tempatnya bercengkrama dengan Evi. Tampak Niko dan Bira akrab bercanda. Sabine menghela napas pendek. Banyak pertanyaan-pertanyaan menghujam batinnya. Kenapa sedari dulu dia selalu berseteru dengan sesama kaumnya. Perempuan. Dari mamanya, dua kakak perempuannya, lalu geng sugbab Akhyar, kini Evi. Ada apa dengan mereka? Mengapa sesama perempuan saling iri? Dan

