Saat tiba di tempat tujuan, handphoneku masih bergetar. Redha masih menelponku. Aku pun memutuskan untuk mematikan handphoneku saja. Barulah kemudian aku memasuki sebuah kafe dimana aku sudah berjanji untuk bertemu dengan Kiki, cewek yang sudah lama nggak aku temui tetapi selalu dirindukan. Dengan jantung berdebar, aku mulai mencari Kiki. Terakhir dia bilang kalau dia duduk di kursi yang ada pojok kiri balkon kafe. Aku pun mencarinya dan ketemu. Kiki tersenyum getir, linangan air mata masih menghiasi kelopak matanya yang saat ini nggak memakai kacamata. Walau begitu, entah kenapa dia makin cantik saja. Walau sebenarnya memakai kacamata jauh lebih cantik untuknya. "Baal," panggilnya dengan suara agak parau. Aku tersenyum tipis lalu berjalan pelan menuju ke tempat dia duduk. Aku pun dudu

