Aku ingin bahagiain Redha walau cuma sekali. Entah kenapa pemikiran itu melintas di pikiranku ngebuat aku yang awalnya ingin lepas dari Redha tanpa melakukan apapun tiba-tiba nggak mau dia melepasku dengan air mata. Kalaupun dia memutuskan untuk pergi, aku harap dia akan pergi dengan senyuman. Walau itu naif sekali. Dimana-mana nggak ada perpisahan termanis, kalau pun ada, itu hanya judul lagu. Pagi ini aku ke rumah Redha, mau ngejemput dia. Sengaja nggak bilang biar jadi kejutan. Angap saja ini ganti karna kemarin aku batal menjenguknya. Saat tiba di rumahnya, Redha sudah di depan. Kayaknya lagi nunggu Dani. Pacarku yang mengerikan itu memang suka bareng Dani, adik lelakinya. "Lho? Iqbaal?" seru Redha kaget saat melihatku datang. Aku hanya nyenyir, memamerkan deretan gigiku yang sudah

