Krystal berdiri didepan gedung perusahaan ayahnya, memandang keatas dimana ruangan ayahnya berada.
Setelah mengantar sahabatnya tadi, tiba-tiba ayahnya menghubunginya untuk datang kekantor, sedangkan HotResTa sudah dijaga oleh bundanya.
Krystal memasuki perusahaan ayahnya dengan langkah santainya, tersenyum tipis saat hampir semua karyawan ayahnya menyambutnya dengan ramah, tak jarang ada yang terang-terangan mengatakan iri terhadap hidupnya.
Saat hendak memasuki lift, Krystal mengernyitkan dahinya kala melihat beberapa karyawan yang malah keluar untuk mempersilahkan dirinya masuk kedalam.
Krystal menoleh, menatap semua karyawan yang tengah menunggunya untuk masuk.
"Apa kalian tidak pergi bekerja?" Tanya Krystal menatap sekelilingnya, membuat semua orang menunduk melihatnya.
"Anda bisa masuk terlebih dahulu nona" suara salah satu laki-laki paruh baya yang terlihat sudah lama bekerja di perusahaan ayahnya membuat Krystal mengangguk.
Krystal melangkahkan kakinya hendak memasuki lift, namun langkahnya ia tahan dan kembali menoleh.
Ia melihat penampilannya hari ini.
"Kalau semisal aku hanya berdiri disini tidak berniat masuk apa kalian akan tetap menungguku untuk masuk?" Tanya Krystal lagi membuat semuanya diam.
"Tidak mungkin nona akan melakukan hal seperti itu" jawab laki-laki paruh baya itu lagi.
Krystal mengangguk kembali, dirinya bergerak mengambil ponselnya yang ada di tas kecilnya.
"Ayah," panggil Krystal membuat semua karyawan bingung mendengarnya.
"Bisakah ayah turun menjemput Krystal di lantai bawah? Ada masalah yang harus Krystal luruskan" pinta Krystal membuat semua karyawan ketakutan, bagaimana jika dipecat? Itulah pemikiran hampir semua karyawan.
Leo mendengus mendengarnya, putrinya ini benar-benar.
"Ayah akan minta Restu menjemputmu" jawab Leo yang langsung dijawab'i tolakan tegas oleh Krystal, membuat Leo mau tak mau beranjak dari kursi kebesarannya.
Jika saja Krystal bukan putri satu-satunya, ia tak akan mau diperlakukan seperti itu oleh putrinya.
Leo keluar dari ruangannya, membenarkan kancing jasnya yang tadi ia lepas, menatap kearah Restu yang berdiri menyambutnya.
"Putriku menyuruhku menjemputnya" kata Leo membuat Restu faham dan beranjak untuk mengikuti atasannya dari belakang.
Didalam lift, Leo terus bergumam dengan kesal, terus melontarkan pertanyaan pada Restu yang hanya menunduk dengan memutar bola matanya malas.
"Kamu lihat? Mana ada anak baik yang memerintahkan ayahnya seperti ini?" Gerutu Leo seraya bertanya pada Restu yang masih diam.
Saat suara pintu lift terbuka, Leo memasang kembali ekspresinya, menatap keluar lift dengan bingung, pasalnya di sana putrinya berdiri dengan beberapa karyawannya.
"Ini ada apa?" Pertanyaan dari Leo membuat Krystal dan semua orang menoleh, melihat kearah Leo yang juga menatap semuanya.
"Seharusnya Krystal yang nanya, ini ada apa?" Tanya Krystal membuat Leo menatap putrinya, ia akan hilang kendali jika berdebat dengan putrinya.
"Krystal, kenapa kamu tanya sama ayah kalau sedari tadi kamu yang ada di sini?" Balik tanya Leo membuat Krystal tersenyum, menoleh kearah pria paruh baya yang terus menjawabnya tadi.
"Bapak yang di sana tolong bantu Krystal untuk menjawab" perintah Krystal membuat Leo tak suka melihatnya.
"Krystal ayah tanya sama kamu, kenapa kamu malah memberi perintah orang lain?" Marah Leo membuat Krystal menoleh.
"Harusnya ayah tanya sama mereka, kenapa Krystal sampai harus manggil ayah turun" bantah Krystal membuat Leo menghela nafasnya dengan berat.
Leo menatap putrinya tajam, beralih menatap pria paruh baya yang tadi mendapat perintah dari putrinya.
"Bisa tolong jelaskan kepada saya pak?" Tanya Leo membuat pria paruh baya tersebut mendongak, menatap takut kearah Leo dan Krystal yang juga menatap kearahnya.
"Anu..."
"Itu,,,"
"Tadi, nona Krystal akan naik keatas, jadi kami menunggunya terlebih dahulu" jelas pria paruh baya tersebut dengan sekali tarikan nafas, membuat Krystal bertepuk tangan mendengarnya.
Leo menoleh kesamping, menatap kearah putrinya yang bertepuk tangan mendengarnya.
Bukan hanya Krystal, bahkan hampir semua karyawan menjadikannya sebagai pusat perhatian.
"Jadi pertanyaan Krystal, kenapa mereka harus nunggu Krystal? Apa paman Restu membuat peraturan seperti itu?" Tanya Krystal kali ini ia tujukan pada sekretaris ayahnya.
Leo tersenyum tipis kala melihat sekretarisnya terkejut saat mendengar pertanyaan dari putrinya, dalam hati Leo benar-benar mengejek sekretarisnya yang selama ini selalu membela putrinya.
"Apa ayah meminta paman untuk membuatnya?" Tanya Krystal lagi membuat Leo melotot mendengarnya.
"Nggak mungkin ayah buat peraturan konyol seperti itu" bantah Leo membuat Krystal kembali menoleh menatap semua karyawan.
"Kalian dibayar untuk bekerja, bukan membedakan mana yang setara mana yang enggak, kalian pikir jika kalian bersikap seperti ini dan membuat pekerjaan kalian terganggu, siapa yang rugi? Siapa yang akan dipecat?" Kata Krystal dengan lantangnya, menatap kearah semua karyawan yang hanya menunduk mendengarnya.
"Paman Restu, bantu Krystal untuk membuat mereka faham, Krystal akan keatas dulu sama ayah" pinta Krystal yang ditanggapi senyuman oleh Restu.
Krystal memasuki lift dengan ekspresi kesalnya, diikuti oleh Leo yang mengekor dibelakangnya.
Didalam lift Leo tak henti-hentinya tersenyum menatap kearah putrinya yang terlihat jengah dengan sikap ayahnya.
Sampai pada saat keduanya sudah memasuki ruangan kantor Leo, Leo baru membuka suaranya.
"Putri ayah sudah seperti seorang CEO yang baik" gumam Leo seraya menduduki kursi kebesarannya.
Krystal menoleh, menatap kearah ayahnya yang masih tersenyum melihat kearahnya.
"Krystal bahkan tidak tertarik untuk duduk di sana" kata Krystal membuat Leo tertawa mendengarnya.
"Kenapa? Kamu bisa berputar seperti ini" jelas Leo seraya memutar kursinya dengan merentangkan tangannya, membuat Krystal memutar bola matanya malas.
"Kertas-kertas ini akan membuat siapapun pusing saat memegangnya, ayah tidak tahu berapa banyaknya ini?" Tanya Krystal seraya mendekat ke meja ayahnya, memegang tumpukan-tumpukan berkas dimeja.
"Kamu hanya perlu menandatanginya" jawab Leo membuat Krystal tertawa.
"Tidak mungkin ayah akan mencari penerus jika hanya perlu menandatangi" bantah Krystal lagi membuat Leo mendengus mendengarnya, sebanyak apapun ia membujuk, putrinya benar-benar belum siap menggantikan posisinya.
"Bagaimana jika kamu menerima 3/4 saham ayah terlebih dahulu?" Usul Leo membuat Krystal mendaratkan pantatnya di kursi sebrang ayahnya.
"Dengan saham sebanyak itu Krystal sudah bisa terpilih menjadi pengganti ayah" keluh Krystal.
"Kamu boleh menggantikan ayah kapanpun kamu mau, sampai kamu sudah benar-benar siap untuk duduk di kursi ini," balas Leo membuat Krystal mendongak.
"Kamu hanya perlu menandatanganinya, setelah itu ayah akan urus semuanya" lanjut Leo membuat Krystal berpikir kembali.
Krystal menatap ayahnya lama, meskipun masih terlihat tampan tapi usia ayahnya sudah tak muda lagi.
"Ayah bisa bawa berkasnya pulang" jawab Krystal membuat Leo tersenyum.
Untuk pertama kalinya ia tak perlu menggunakan emosinya untuk menghadapi putri kesayangannya.
"Lalu bagaimana dengan saham kakek?" Tanya Krystal membuat Leo tersenyum mendengarnya, sepertinya putrinya sudah mulai tertarik untuk duduk.
"Ayah sudah menandatanganinya," jawab Leo membuat Krystal menghela nafasnya pasrah.
"Siapa yang duduk?" Tanya Krystal lagi.
"Sementara waktu, bunda yang akan duduk di sana" jawab Leo.
"Bunda bisa bisnis?" Tanya Krystal antusias.
"Apa yang tidak bundamu bisa?" Jawab Leo dengan pertanyaannya, jangan lupakan dengan senyum sombongnya.
"Tapi bagaimanapun juga bunda hanya lulusan SMA, kemungkinan besar jika mayoritas pemegang saham akan menolak menjadikan bunda sebagai CEO" kata Krystal mengajukan pemikirannya.
"Siapa yang bisa menolak jika itu sudah keputusan kakekmu?"
"Sedikit tidak adil untuk yang lain" kata Krystal lagi membuat Leo ikut mendesah pasrah mendengarnya.
Krystal menatap ayahnya yang tengah bersandar di kursinya, menggunakan kedua tangannya untuk bantalan kepalanya.
"Jadi apa yang akan ayah bicarakan?" Tanya Krystal membuat Leo mengangkat tubuhnya.
"Ayah sudah memikirkannya" kata Leo.
"Tentang saudaramu" lanjut Leo membuat Krystal mendongak, menatap ayahnya yang berdiri didepannya.
"Apa bunda akan hamil lagi?" Tanya Krystal antusias.
"Jangan harap, kamu tahu jika ayah tak akan pernah mengizinkan bundamu hamil lagi" jawab Leo membuat Krystal mencibir pelan.
"Alat kontrasepsi atau sebagainya juga tidak menjamin kebocoran, lagian bagaimana jika Tuhan membuat bunda hamil? Tuhan kan nggak butuh izin dari ayah" cibir Krystal.
"Untuk itu setiap ayah ingin melakukannya, ayah selalu berdo'a agar Tuhan tidak menitipkan janin pada bundamu lagi" kata Leo menanggapi, membuat Krystal menoleh, bisa-bisanya ayahnya berkata seperti itu.
"Udahlah Krystal balik aja, mau jaga HotResTa, bujuk Key biar bisa bikin sendiri" kata Krystal membuat Leo naik pitam.
"Key sudah mengundurkan diri, dan bunda sudah menyetujuinya" kata Leo memberitahu.
Krystal menoleh, menatap ayahnya marah, bisa-bisanya ayah dan bundanya bersekongkol agar dirinya tidak tahu jika calon pacarnya mengundurkan diri.
"AYAHHHH, BUNDAAAAAA" teriak Krystal marah seraya berlari kembali mendekati ayahnya, ingin menerjang ayahnya hidup-hidup.
Tbc