Happy Reading!
Krystal keluar dari ruangan kakeknya dengan wajah lelah, tadi kakeknya membicarakan tentang penandatanganan pemindahan kepemilikan atas saham yang dipegang kakeknya.
Krystal sendiri belum yakin akan kemampuannya, meskipun selama ini ia sudah mengerjakan hampir separuh pekerjaan ayahnya, semua itu tak bisa membuatnya untuk mengambil keputusannya sendiri. Untuk itu, ia mengatakan pada kakeknya jika ia mengikuti apa yang diputuskan oleh ayahnya.
Meskipun hubungannya dengan ayahnya lebih banyak debat, tapi tak bisa dipungkiri jika Krystal sendiri sangat mempercayai semua tindakan ayahnya, apalagi dalam hal bisnis.
Krystal bejalan kearah meja makan saat melihat ruang keluarga sudah kosong, ini memang sudah cukup malam untuk makan malam.
"Malam paman Lian" sapa Krystal seraya melebarkan senyumnya, melupakan apa yang tadi dikatakan oleh kakeknya.
Krystal berjalan menghampiri Lian, mencium kedua pipi Lian bergantian tanpa bertanya, membuat gadis di samping Lian mengerucutkan bibirnya melihatnya.
"Bukankah kamu terlalu rakus? Paman Lian sudah beristri, lihatlah bagaimana Tante Andini yang saat ini sedang mengandung" tegur Azka membuat Krystal menoleh, menatap wanita yang menjadi istri pamannya.
"Tante Andini juga nggak keberatan" jawab Krystal seraya beranjak pergi untuk duduk di kursinya.
"Setelah berpikir-pikir, aku jadi meragukan siapa ayah kamu yang sebenarnya, daripada dengan kak Leo kamu terlihat lebih dekat dengan Lian" kata Lutfian yang langsung mendapat lemparan sendok dari Lian.
Leo sendiri menatap adiknya marah, bagaimana mungkin adiknya masih mempertanyakan hal seperti itu sekarang, belum lagi status semua orang yang sudah berubah.
"Benarkan? Apa kak Leo lupa jika kalian pernah beberapa kali bertengkar untuk merebutkan Netta, lagian Lutfian juga berpikir Netta akan menikah dengan Lian jika saja kak Leo jadi menikah dengan Maura" lanjut Lutfian yang masih belum mengerti keadaan.
"Benarkah? Apakah dulu bunda begitu cantik hingga menjadi rebutan ayah dan paman Lian?" Tanya Krystal antusias, ia benar-benar belum mendengar hal seperti ini tentang bundanya.
"Benar sekali, jika saja Netta datang lebih cepat dari Stella, maka paman juga akan memilihnya" jawaban dari Leon langsung mendapat tatapan tajam dari Stella, membuat Leon meringis melihatnya.
"Sudahlah, tidak baik membicarakan masalalu seperti itu, apalagi kita semua sudah mempunyai keluarga masing-masing" kata Netta membuat semua orang mengangguk mengerti, berbeda dengan Andini yang terdiam lama.
"Jadi Tante Andini, mulai sekarang Krystal akan meminta izin padamu jika ingin mencium paman Lian, lagian Krystal juga tidak ingin membuat semua orang berpikir jika aku putrinya paman, meskipun ayah orangnya nyebelin tapi ayah benar-benar ayah yang baik" putus Krystal membuat Lian tersenyum mendengarnya.
"Janji?" Kata Andini seraya mengulurkan jari kelingkingnya, membuat Krystal tersenyum dan menautkan jari kelingkingnya.
"Btw Tante Stella, kenapa ada jerawat di wajah cantikmu? Apa kamu mau ikut pergi perawatan bersamaku akhir pekan?" Tanya Krystal membuat Stella mendengus mendengarnya.
"Kamu tau? Hal-hal yang berbau padamu itu mahal, kamu pikir Tante akan mau?" Tanya Stella membuat Krystal tak puas mendengarnya.
"Ayolah Tante, kali ini aku yang bayar, ayah juga nggak akan keberatan" jawab Krystal lagi membuat Stella ingin menerimanya.
"Sekalian ajak bunda mu" sahut Leo membuat Krystal menoleh cepat.
"Big No, bunda tidak perawatan saja sudah cantik, apalagi kalau perawatan? Ayah mau bunda direbut orang lain?" Jawab Krystal seraya mengancam ayahnya dengan penilaiannya.
Pasalnya Krystal sendiri tidak bohong, bundanya memang sangat cantik, hingga membuatnya kadang tidak percaya diri jika keluar bersama bundanya itu.
"Lagian bunda juga tidak tertarik untuk ikut denganmu" jawab Netta membuat Krystal mencibir pelan.
"Jadi, apa Azka kenal kandidat pria pertamamu? Ayah dengar dia satu kampus dengan Azka" suara Leo membuat Krystal menaikkan emosinya, ia benar-benar marah saat tahu ayahnya menyelidiki latar belakang orang yang ia sukai.
"Benarkah paman? Siapa namanya?" Tanya Azka penasaran.
"Jika ayah memberitahu, maka Krystal nggak akan mau jadi penerus keluarga ini" ancam Krystal membuat Leo tertawa.
"Tidak masalah, keponakanku banyak, lagian ayah juga bisa menyumbangkan semua aset ayah pada panti asuhan" jawab Leo semakin membuat Krystal mengepalkan kedua tangannya.
Krystal mengamati ayahnya sekali lagi, dalam hati, untuk pertama kalinya ia meragukan apa dirinya benar-benar putri ayahnya?
Krystal yang baru saja ingin makan kembali meletakkan sendoknya, memangku dagunya dengan kedua tangannya, menatap kearah Ayahnya yang terlihat tidak peduli dengan sikapnya.
Tepat setelah melihat ayahnya meminum dengan menoleh kearahnya, Krystal mengajukan pertanyaan.
"Apakah Krystal benar-benar bukan putri ayah?" Tanya Krystal berhasil membuat Leo tersedak mendengarnya.
Uhuk...uhuk...
Netta menatap putrinya kesal, putrinya ini memang benar-benar tidak bisa dibiarkan, sebelum benar-benar memberi perhitungan pada putrinya Netta terlebih dahulu membantu suaminya yang masih terbatuk-batuk dengan mengambilkan air.
"Ayah mengatakannya dengan tidak berperikemanusiaan, bagaimana mungkin ayah akan membiarkan Krystal dan cucu ayah kelaparan karena kurangnya perekonomian" lanjut Krystal dengan tampang melasnya.
"Ayolah ayah, kali ini biarkan Krystal menjalani asmara Krystal sendiri, entah dia dari keluarga berada atau tidak, Krystal akan berusaha mengatasinya sendiri, lagian Krystal juga nggak keberatan kalau harus memakai baju yang harganya 35 ribuan untuk menyetarakan dengan fashionnya" lanjut Krystal membuat semuanya diam, menatap ke arah Krystal penuh keraguan, dalam hati mereka terus bertanya apa gadis itu bisa hidup se-su-sah itu?
"Kalau begitu, biarkan ayah memilihkan beberapa lagi, untuk menjadi kandidat priamu, siapapun pilihannya, ayah akan menyetujuinya" usul Leo membuat Krystal tersenyum lebar.
"Okey deal, anak rekan kerja ayah yang mana lagi?"tanya Krystal yang diabaikan oleh Leo.
❤️❤️❤️❤️❤️
Seorang laki-laki duduk disebuah restoran terkenal di Amerika, masa percobaannya sudah selesai hari ini, dan ia ingin bersantai beberapa hari dimana ia berada sekarang, sebelum nanti ia akan kembali ke tanah kelahirannya dan mengerjakan berbagai hal yang sudah semestinya ia lakukan, membuat keluarganya sendiri percaya dengan apa yang ia lakukan selama ini.
Dering ponsel terdengar membuat laki-laki yang tengah duduk dengan minuman ditangannya tersenyum, meletakkan gelasnya dan mengambil ponselnya.
"Bukankah sudah kakak katakan? Kalau kamu akan menggantikan kakak disini, cepatlah datang, sebelum kakak yang akan datang duluan ke sana" suara laki-laki itu terdengar setelah ia mengangkat ponselnya, tersenyum saat mengingat adiknya akan menggantikan posisinya untuk mengejar pendidikan yang diagung-agungkan oleh keluarganya.
"Setelah meresmikan hubunganku, aku akan segera berangkat ke sana" jawab seseorang diseberang sana membuat laki-laki itu tersenyum.
"Pastikan wanitamu tidak bertemu denganku nanti, akan sangat merepotkan jika diriku dianggap sebagai dirimu key" kata laki-laki itu memperingatkan.
"Sudahlah, kak Kai tidak akan tahu gimana rasanya memiliki wanita jika kak Kai terus mencoba menghindarinya" kata laki-laki diseberang telponnya, membuat laki-laki yang bernama Kai itu tersenyum mendengarnya.
"Tenang saja, kakak punya selera sendiri dalam memilih" balas Kai diakhir kalimatnya.
Ia tersenyum kala mengingat dua tahun yang lalu, dimana ada seorang gadis yang mencoba mengambil perhatiannya, dan berakhir sia-sia kala dirinya dikirim keluar negeri oleh keluarganya, dan kali ini, ia akan berusaha mencarinya lagi.
❤️❤️❤️
Saat hari sudah berganti, maka sudah menjadi rutinitasnya untuk pergi ke HotResTa, meninggalkan tumpukan berkas yang menghasilkan uang lebih banyak daripada HotResTa, meskipun seperti itu, di HotResTa ada hal yang lebih menarik untuk Krystal.
Krystal mengendarai mobilnya untuk keluar dari pekarangan rumahnya, hari ini ia mengenakan dress panjang berwarna merah, jangan lupakan dengan high heels yang menjadi ciri khasnya, dan dipadukan dengan tas kecil berwarna hitam di samping kemudinya.
Setidaknya ia perlu bersenang-senang hari ini, melepaskan bodyguard dan supir yang hampir setiap hari mengikutinya.
Krystal menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah yang terlihat 5 kali lipat lebih kecil dari rumahnya, tersenyum seraya melambai kearah seorang wanita yang keluar dari rumah tersebut.
"Sudah lama sekali tidak melihatmu datang sendiri" sapa seorang wanita seusianya yang kini sudah memasuki mobilnya.
"Tentu saja, haruskah kita berangkat sekarang?" Tanya Krystal yang mendapat senyuman dari sahabatnya.
"Bukankah ini tas keluaran terbatas?" Tanya sahabatnya membuat Krystal tersenyum mendengarnya.
"Sepertinya aku perlu membelikan satu untukmu" sahut Krystal membuat sahabatnya itu tersenyum.
"Kamu tahu? Lebih baik aku menerima uangnya daripada tas seperti itu" jawab sahabatnya membuat Krystal tersenyum mendengarnya.
Rani adalah sahabat terbaiknya semasa kuliah, jika dibandingkan yang lain, Rani adalah orang yang paling jujur, dia selalu menjadi tempat ternyaman untuk menceritakan sesuatu.
"Apa kamu ingat pria yang pernah kau sukai semasa kuliah dua tahun lalu?" Tanya Rani membuat Krystal tersenyum mendengarnya.
"Tentu saja aku mengingatnya, kenapa?" Tanya Krystal membuat Rani menoleh.
"Sangat disayangkan kamu tidak pernah bertemu dengannya lagi setelah dua tahun berlalu" kata Rani membuat Krystal tertawa mendengarnya.
"Kata siapa? Aku akan mendapatkannya hari ini" jawab Krystal penuh percaya diri.
"Mana mungkin? Kai masih ada di Amerika dua tahun terakhir" kata Rani tak percaya.
"Kai?" Tanya Krystal seraya menoleh kearah Rani yang mengangguk.
"Bukankah namanya Key?" Tanya Krystal membuat Rani berpikir lagi.
"Key? Seingatku sih Kai, bukan Key" jawab Rani membuat Krystal berpikir lagi.
"Dia juga masih kuliah disini, dan bukan keluar negeri" lanjut Krystal membuat Rani menoleh lagi.
"Mana ada? Dia bahkan juga wisuda seminggu setelah dirimu, mana mungkin dia masih kuliah" bantah Rani tak percaya mendengarnya.
TBC.....