Sultan berdiri dari duduknya tanpa menunjukkan reaksi apa-apa. Sultan hanya diam membisu, aku mencoba untuk memegang tangannya tapi aku urungkan karena malu. Aku tau ini sangat menyakitkan untuk bisa menerima masa laluku yang buruk. "Kita tidak akan pergi ke mana-mana, mbak e. Di sini rumah kita dan sampai kapanpun kita akan tetap di sini. Lari atau bersembunyi tidak akan menyelesaikan masalah, sekarang sampeyan ajak saya temui ayah kandung dedek. Kita selesaikan sekarang juga," ujar Sultan dingin tanpa ekspresi. "Mas," panggilku pelan. Sultan terdengar menghela napas. "Cepat atau lambat ini pasti akan terjadi, mbak e. Saya sudah siap menghadapi siapapun yang ingin mengambil dedek dan sampeyan dari saya," lanjutnya, tapi kali ini ekspresi dinginnya mulai agak mencair, tidak semenakutka