Keesokan siang, Ilyas tampak gelisah menunggu Mawar di taman samping rumah mewah itu. Beruntung bapak dan ibu Hartono sedang pergi, hingga ia merasa tidak khawatir diganggu oleh Bu Hartono, yang lama tidak dijumpainya. Tadi, salah satu asisten rumah tangga mempersilakannya menunggu di sini. Sudah lebih dari lima menit tapi belum juga Mawar terlihat. Ilyas mengedarkan pandangannya. Taman samping ini masih terlihat sama seperti dua tahun lalu dia terakhir berkunjung ke sini. Tiba-tiba Ilyas merasa pundaknya ditepuk dari belakang. Suara yang mirip dengan suara Mawar menyapanya. “Eh tumben ke mari. Ada angin apa?” Segera saja gadis itu mendudukkan pantatnya di sebelah Ilyas, mencomot makanan yang sudah tersedia. Beruntung dia tidak mengambil minum Ilyas juga. “Kamu gak berubah deh Edel. T