"Haris!" Lelaki itu berhenti melangkah ketika namanya dipanggil. Menolehkan kepala ke belakang, mendapati keberadaan sang mertua yang berjalan cepat mensejajarkan langkah dengannya. "Ayah!" sapa Haris mengulurkan tangan untuk dapat menyalami sang mertua. Karena tinggi tubuhnya, Haris sampai harus menunduk dalam agar dapat mencapai punggung tangan Deni Purnama. "Bagaimana Rhea?" Deni bertanya yang ditanggapi Haris dengan senyuman. "Alhamdulillah. Dia baik, Yah." Deni terdengar menghela napas berat. "Maafkan Ayah, Ris, karena merasa telah gagal mendidik putri ayah satu-satunya. Mungkin selama ini kami terlalu memanjakan dia." Kening Haris berkerut, tak mengerti dengan arah pembicaraan Deni. Meski pun demikian, pria itu tak akan membahas apapun, apalagi tentang kejelekan sang istri. Seb