“Ya Tuhan apa yang harus Gili lakukan Ma, Pa…” bukannya memberitahu hasil tes DNA, Gilina malah meluruh kelantai dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia malu dan merasa sangat bersalah dengan Jilino, sang suami. Arkhan dan Seloira mendekati Gilina dan mengambil kertas yang teronggok disampingnya, Arkhan membaca dan wajah yang tegang berubah menjadi wajah penuh kebahagiaan, begitupun Seloira tak terhitung ucapan syukur keluar dari mulutnya, hanya Ano yang bingung dengan keadaan Bunda, Kakek dan Nenek nya yang berbeda 180 derajat. “Bunda…” Ano mendekati Gilina dan memeluknya, Gilina masih menangis dan hanya kata maaf yang terucap dari mulutnya. “Maafin aku Jili, maaf” ujar Gilina dengan nada sendu, Seloira mendekati Gilina dan memeluknya. “Kamu nggak salah Gili, Jili juga nggak