Nana duduk di tepi ranjang, melihat noda merah yang masih ada di atas sprei. Ada rasa sesal dalam hatinya, mengapa dirinya pasrah saat pamannya melakukan semuanya. Rindu yang menjelma menjadi nafsu membuat dirinya hanyut dan pasrah dalam buaian pamannya. “Aku bisa apa? Aku pun menikmatinya. Aku tidak tahu akan berujung seperti apa hubungaku dengan paman. Apa akan seperti ini seterusnya, atau ...? Entahlah aku tidak tahu, aku tidak ingin pusing memikirkan semua itu, yang terpenting aku bisa menikmati pundi-pundi rupiah dari paman dan bisa segera membeli rumah, setelah aku bekerja,” gumam Nana. Candra dari tadi sibuk di dapur, menyiapkan makanan untuk Nana. Dia tidak memperbolehkan Nana turun dari ranjang, karena Nana masih merasakan sakit jika berjalan. Candra yang menyiapkan makanan yang

