Mara menunggu dengan gusar, menunggu orang tuanya mengangkat panggilan. Pada akhirnya ia memutuskan menghubungi kedua orang tuanya sebelum pulang besok dan memberi mereka kejutan. “Halo?” Jantung Mara mencelos mendengar suara ibunya. Ia menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang rasanya benar-benar kering. “Ha- halo, Ibu,” ucap Mara dengan suara sedikit bergetar. “Oh, ya Tuhan, ini kau, Mara? Setelah sekian lama akhirnya kau menghubungi ibu. Bagaimana kabarmu, Sayang? Apa kau sudah melupakan ibumu ini sampai-sampai baru menelepon ibu setelah sekian lama? Dasar anak durhaka.” Mara mengusap lengannya yang merinding mendengar kata terakhir dari ibunya. Ia yang sebelumnya duduk di tepi ranjang, kini berdiri. “Maaf, Bu, akhir-akhir ini Mara sangat sibuk. Bagaimana kabar ayah dan i