Regan terdiam, tenggelam dalam pikiran. Ia tidak tahu apakah keputusan yang dipilihnya benar atau tidak, mengatakan tidak ada batas waktu masa pernikahannya dengan Mara kecuali sampai wanita itu bosan. Ia sama sekali tak berniat menjadikan pernikahannya dan Mara sebagai pernikahan kontrak. “Sampai kau bosan?” Regan tersentak kala suara Mara menginterupsi pendengaran. Wanita itu menatapnya dengan kerutan dahi tipis seakan memintanya mengulangi apa yang baru saja ia katakan. Regan mengangguk lemah. Ia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Mara sebagai orang dewasa, menerima pernikahan meski tak ada cinta. Toh, sampai sekarang ia belum mencintai wanita lainnya selain kakak iparnya sementara sampai mati pun ia tidak akan membongkar rahasianya itu pada siapapun. Ia tidak ingin melukai pera