Mara menarik kerah baju Regan dan mendekatkan wajahnya. Wajah keduanya pun kini begitu dekat hingga Regan dapat merasakan embusan nafas Mara yang hangat. Ia juga melihat dengan jelas ekspresi Mara yang begitu marah sekarang ingin menghabisinya. “Kau–” “Wah, sepertinya aku datang di saat yang tidak tepat, yah.” Belum sempat Mara mengutarakan keinginannya memaki Regan, meluapkan seluruh isi kepalanya bahwa ia begitu muak, sebuah suara menghentikannya dan membuatnya menoleh. Salwa berdiri di depan pintu dengan satu tangan menangkup pipi dan mengarah pandangan ke arah Regan dan Mara. Wajahnya tampak sumringah seolah kelopak-kelopak bunga keluar dari tubuhnya. Mara terkejut, ia yang tersadar segera melepas cengkeramannya pada kerah baju Regan dan mengambil jarak. Sementara itu Regan hany