Rencana

742 Kata
Sarah langsung bersembunyi di balik selimut nya saat mendengar mobil Math memasuki rumah. Ia mengingat apa yang dikatakan Math tadi siang membuat nya terus merasa frustasi dan takut. Ceklek! Math berubah membuka pintu kamar dengan cepat, sayang nya Sarah mengunci pintu itu dari dalam sedari tadi. Wajah Math mulai berubah dan tersenyum miring dan meninggalkan pintu kamar itu. Seketika Sarah yang sedang memegang selimut dengan kuat akhirnya langsung merenggangkan cengkraman nya pada selimut yang tidak berdosa itu. Ceklek.. Sarah langsung bangun dan melihat Math membuka pintu dan menatap ke arah nya. "Aku punya seluruh kunci ganda Sarah." Math tersenyum ke arah Sarah yang langsung menelan salivanya dengan kuat dan merasa takut saat mengingat ancaman pria yang menjadi suami nya itu. "Aku sudah bilang, menurut atau kau akan merasa sakit." Math mendekati Sarah yang kaku di sudut ranjang setelah memastikan pintu kamar tertutup dengan rapat. "Jangan marah." Sarah mulai ingin menangis saat Math duduk di hadapan nya sambil memperhatikan Sarah dari jarak dekat. Sarah menutup matanya saat tangan Math perlahan berjalan ke arah nya. "Jangan takut." Math bicara dengan lembut membuat Sarah sekarang membuka matanya dengan pelan lalu melihat ke arah suami nya yang sedang menatap nya dengan pandangan berbeda dari hari kemarin. "Tidurlah, mulai sekarang aku akan melakukan nya kalau kau ingin." Math bangkit dari tempat nya dan menjauhi Sarah yang langsung merasa aneh terhadap suami nya itu. Sarah beringsut masuk kembali di dalam selimut nya dan memegang erat selimut yang ia gunakan, ia berfikir keras tentang apa yang sudah terjadi sebenarnya terhadap Math dalam dua hari ini. "Kenapa dia berubah?" batin Sarah sambil tersenyum kecil di sana. *** Math menengak minuman nya di kantor yang ada di rumah nya, ia duduk dengan fikiran panjang tentang sesuatu yang dikatakan Riana tadi. Sebelum pulang Math tanpa sengaja bertemu dengan Riana yang notabene nya adalah sahabat Eve di saat gadis itu masih hidup dulu. "Aku yakin, ada kesalahan di dalam kasus kematian Eve, Sarah tidak mungkin melakukan itu aku sangat mengenal mereka berdua." Ucap Riana dengan berusaha meyakinkan Math yang tampak percaya kalau Eve meninggal karna Sarah. "Tapi gadis itu menyebut nama Sarah." Math membantah Riana dengan wajah yakin kalau memang Sarah adalah pelaku yang mendorong Eve hingga masuk lebih dalam jurang. "Kau harus cari dengan benar sebelum menyesal Math." Riana memasang wajah yang meyakinkan ke arah Math agar pria itu tidak salah langkah karna membuat Sarah menderita. "Apa yang harus aku lakukan untuk mengungkap kasus pembunuham sepupu ku? Ayah dan ibunya bahkan langsung bunuh diri saat melihat Eve meninggal Riana." Ucap Math mengingat kejadian yang memilukan di antara keluarga nya karna Eve meninggal secara mendadak. "Dekati Sarah dan cobalah untuk mencari tahu dengan baik, aku yakin kau juga masih mencintainya kan?" Riana bicara pada Math yang hanya diam sambil menunduk seolah mengatakan kalau itu benar adanya. Prankkkk!! Math melempar gelas minuman nya ke sembarang tempat membuat suasana menjadi bising sejenak. "Aku harus mencari tau semuanya dari awal." Math membatin sambil meremas tangan nya kuat. *** Keesokan hari nya... Mereka bertemu kembali di meja makan dengan wajah berbeda dari kemarin, tidak ada rasa benci, takut, kesal atau pun kecewa. "Kau mau ikut dengan ku?" Tanya Math sambil menatap wajah Sarah dengan sorot matanya yang melembut dan berbeda. "Mau ke mana?" Tanya Sarah membuat Math langsung tersenyum kecil ke arah nya. Deg... Jantung Sarah berdetak saat melihat senyuman yang dulu sangat ia kagumi itu. "Aku akan berangkat ke Paris nanti sore, kalau kau mau ikut kemas lah pakaian mu segera." Ucap Math kembali dengan suara nya yang biasa dan datar sambil menyuap makanan ke mulut nya. "Baiklah, aku akan berkemas setelah makan." Jawab Sarah melihat ke arah Math dan ikut menyuap makanan dan menghabiskan nya, ini adalah kali pertama ia makan bersama Math hingga habis dengan cepat. "Aku akan ke kantor sebentar, jam 3 aku akan menjemput mu." Math bangkit dari tempat duduk nya sambil mengelap mulutnya dengan kain yang disediakan. "Ya.. Berapa lama kita akan di sana?" Tanya Sarah agar tau berapa banyak bawaan yang harus ia bawa. "Hanya 4 hari, jangan terlalu banyak membawa barang kita bisa membeli nya di sana." Ucap Math kembali masih dengan tatapan lembut nya. Tiba-tiba Sarah merasakan tangan Math menyentuh tengkuk nya dan membuat ia mendongak dengan tinggi. Cup... Pria itu mengulum bibir Sarah dengan lembut cukup lama membuat Sarah terbuai oleh sentuhan lembut yang diberikan Math. Ia ingin bertanya namun ia tidak ingin, baginya ini hanyalah sebuah mimpi dan Sarah tidak ingin sadar dari dalam mimpi nya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN