Entah mengapa Afsheen merasa Fadia jadi sering menggodanya dengan memanggil Aa seperti yang dia pinta. “A, lagi apa? A mau makan, A ke sana yuk.” Kata-kata seperti itu selalu diucapkan di awal kalimat, membuat Afsheen sangat gemas pada wanita itu. Kini mereka berdua berjalan di tepi pantai sebelum makan siang. Bergandengan tangan dan membiarkan kaki mereka menyentuh pasir pantai yang terasa hangat karena matahari. Afsheen menenteng sandal miliknya dan Fadia, tak dibiarkan Fadia membawa barang sekecil apa pun. Dia benar-benar memanjakan Fadia, wanita yang rela berkorban demi bisa bersamanya. Semilir angin membelai rambut mereka berdua, rok lebar Fadia berkibar tertiup angin pantai yang membuat terpaksa memeganginya agar tidak naik ke atas. “Anginnya nakal, tahu aja yang indah,” racau