96. Mengalir Seperti Air

1620 Kata

Afsheen tak bisa lagi menahan dirinya lebih lama, sebelum persidangan kedua dimulai dia ingin menemui Fadia, setidaknya dia harus tahu apa yang dipikirkan istrinya itu? Maka, dia pun dengan kesadaran penuh mendatangi florist milik Fadia, hanya di situ dia bisa menemuinya kan? Di rumah sudah pasti dia akan langsung diusir bahkan sebelum bisa melangkah masuk. Dia membuka pintu itu dengan gentleman, denting lonceng di atas pintu itu berbunyi ketika pintu terbuka, ditatap Fadia yang tengah merangkai bunga. “Selamat datang,” ucap Fadia seraya mendongak, lalu senyumnya pudar melihat Afsheen yang berdiri dan melangkah menghampirinya. Fadia berusaha mengalihkan perhatian pada potongan bunga yang dipegangnya. “Ada apa?” tanya Fadia, konsentrasinya terpecah tentu saja. Melihat orang yang paling

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN