Bertahan Walau Terluka

1125 Kata
"Leukimia? apa tidak salah dok? " tanya Andini sangat terkejut saat mendengar pernyataan dokter tersebut. "Iya ibu Andini, ibu mengalami penyakit Leukimia. Anda harus mendapatkan perawatan kemoterapi dan radioterapi bu Andini. Jika tidak penyakit anda akan bertambah parah dan bisa mengancam nyawa. Ini dia hasil pemeriksaannya dari lab kami, " jelas dokter itu sambil menyerahkan sebuah kertas kepada Andini. Andini menerima kertas itu dan membacanya. Tangannya bergetar saat melihat hasil uji lab nya. Ternyata dia benar-benar menderita penyakit Leukimia. "Dok apa saya bisa sembuh dok? " tanya Andini dengan mata berkaca-kaca. Masih banyak hal yang ingin dia lakukan sebelum dia meninggal. Dia masih ingin tetap terus berada di samping Bastian dan menjadi istri yang baik untuknya, meski suaminya itu terus menyakitinya. "Bisa jika pengobatan dilakukan secepatnya bu Andini, " jawab dokter itu memberikan secerca harapan untuknya. Andini menarik nafas lega saat mendengar jawaban dokter tersebut." Syukurlah kalau begitu dok. Saya akan menjalani pengobatan seperti yang dokter sarankan. Saya akan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. " Setelah merasa lebih baik, akhirnya Andini segera pulang karena takut mama mertuanya akan marah. Benar saja sampai dirumah, dia malah kena semprot mama mertuanya. "Kamu dari mana saja Andini?! masa nganter berkas dan bekal makanan saja sampe berjam-jam sih?! dasar menantu gak becus kamu ya! beda sekali sama Mona! kalau saja kamu tidak membunuhnya mungkin Mona sudah menjadi menantuku saat ini! Aku dengar dari mamamu kalau kamu itu hanya anak adopsi. Pantas saja darah itu memang kental daripada air, aku yakin ibu yang melahirkan kamu adalah seorang gembel, " hina Mayang. Andini sangat marah saat mama mertuanya itu menghina ibu yang sudah melahirkan dirinya." Jangan hina ibuku ma! mama bisa saja menghinaku tapi tidak dengan ibuku! " PLAK Mama mertuanya malah menampar wajahnya dengan keras. " Berani sekali kamu berteriak di depan wajahku?! sekarang masuk ke dalam dan kerjakan semua pekerjaan rumah!! " Andini hanya bisa menahan rasa sakit yang membekas di pipinya dengan mata berkaca-kaca. Tidak ada gunanya berdebat dengan mama mertuanya saat ini. Dia berlari masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya dari dalam. Kepalanya kembali terasa pening, dia cepat-cepat meminum obat yang sudah dia tebus untuk meredakan sakit di kepalanya. DUAG DUAG "Hei Andini! bukannya beberes kamu malah masuk ke dalam kamar! dasar menantu pemalas kamu! lihat saja aku akan adukan kamu ke Bastian malam nanti!! " teriak mama mertuanya dari luar kamarnya. Andini mengabaikan panggilan mama mertuanya karena kepalanya masih terasa sakit dan berdenyut-denyut. Alasan kenapa dia masih bertahan di rumah ini karena dia sangat mencintai mas Bastian meskipun suaminya itu tidak pernah mencintai dirinya. "Mas kenapa cinta ini sungguh menyakitkan untukku. Aku mencintaimu dalam diamku selama tiga tahun terakhir ini. Andai kamu tau bahwa aku bukanlah orang yang membunuh kekasihmu." Andini sudah berjanji pada kedua orang tua angkatnya agar tidak membocorkan bahwa Adinda adalah pelaku tabrak lari yang menewaskan Mona kekasih Bastian hingga meninggal dunia. Dia sudah memenuhi janjinya itu walaupun dia harus terluka menerima semua perlakuan kasar dan kejam dari suaminya dan juga keluarganya. Perlahan rasa sakit di kepalanya sudah mulai berkurang. Tanpa sadar dia memejamkan matanya dan tertidur pulas di atas ranjangnya. **** BYURR Andini langsung terbangun saat wajah dan tubuhnya diguyur dengan air dingin. Matanya terbelalak melihat mas Bastian kini telah berdiri tepat di hadapannya. "Mas Bastian.. maaf kepalaku sakit mas jadi aku ketiduran.. " belum selesai bicara mas Bastian langsung memotong perkataannya. "Kamu tidak lihat sekarang sudah jam berapa? masa dari siang kamu ketiduran sampai jam 8 malam?! bilang saja kamu nggak mau bantuin kerjaan mama dirumah kan? harusnya kamu beruntung aku tidak menyiksa dan membunuh kamu Andini!! " seru Bastian memarahinya. "Maaf mas, aku sedang sakit jadi aku tidur seharian ini. Apa mas sudah mandi? aku siapkan dulu air hangatnya ya mas," Andini berusaha untuk bangkit dari tidurnya, namun mas Bastian malah mendorongnya hingga kembali terjatuh di atas ranjang. Bastian mencengkram dagu dan meraba bibir Andini dengan kasar, " Seharian ini aku merindukan bibir jalangmu itu. Aku sedang lelah untuk menggaulimu jadi gunakan bibirmu itu untuk memanjakan milikku ini. " Andini menggeleng keras karena tubuhnya sedang tidak fit untuk melakukannya."Mas, bisakah kita melakukannya nanti saja. Aku sedang nggak enak badan mas. Aku baru saja minum obat. Kata dokter aku... " PLAK Mas Bastian malah menamparnya karena merasa tersinggung atas penolakannya. "Beraninya kamu mengatur ku! apa kamu jijik padaku?! sekarang lakukan tugasmu Andini jangan membuat aku semakin marah padamu!! " Bastian menarik tangan Andini dan memaksanya bersimpuh di antara kedua kakinya. Dia membuka gespernya lalu menurunkan celananya hingga ke bawah. Miliknya sudah tegang maksimal dibawah sana, entah kenapa saat bersama Andini dia merasa sangat b*******h. "Cepat lakukan Andini, jangan sampai aku berbuat kasar padamu lagi, " perintah Bastian. Andini hanya bisa memejamkan matanya dengan berlinang air mata saat memanjakan milik suaminya itu dibawah sana. Sedangkan Bastian merasa keenakan mendapatkan service dari Andini. "Yeah begitu Andini, mulut jalangmu benar-benar enak. Aku ingin keluar ahhh!! " Bastian memegang kepala Andini kuat-kuat saat menuju pelepasannya. Andini merasa perutnya bergejolak dan secara tidak sengaja memuntahkan seluruh isi perutnya ke bawah lantai. Hoek hoek hoek!! "Ahk! apa yang kau lakukan?! kamu sudah mengotori celanaku sialan!! " Bastian mendorong Andini hingga kepalanya tidak sengaja terbentur sisi ranjang. Setelah itu dia kembali menaikkan kembali celananya lalu keluar dari kamar Andini. BLAM Andini menyeka darah yang mengalir di dahinya. Rasa sakit di kepalanya tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya ini. "Ya Allah aku udah nggak sanggup lagi. Sampai kapan aku harus menanggung semua ini. " Sudah tidak terhitung berapa kali dia menangis karena perlakuan kasar mas Bastian padanya selama 3 tahun ini. Harga dirinya benar-benar hancur. Terkadang dia merasa iri melihat wanita lain diperlakukan seperti ratu oleh suaminya. Sementara itu hanya dijadikan sebagai p*****r dan pembantu di rumah ini. Rasa sakit akibat tamparan yang dilayangkan oleh mas Bastian tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya ini. Namun sabarnya begitu luas, dia yakin api akan padam jika kita terus menyiraminya dengan air dingin. Tidak ada batu karang yang tak terkikis oleh deburan ombak. Sekeras apapun hati manusia perlahan akan luluh oleh sebuah ketulusan, cinta tanpa syarat apapun. Satu-satunya tempat untuknya mengadu dan mencurahkan isi hatinya hanyalah Allah. Meskipun seluruh manusia membencimu, Allah akan selalu berada di sisimu. Allah tidak akan pernah meninggalkanmu dalam kondisi apapun. Walaupun cobaan demi cobaan terus menghantammu, itu adalah salah satu cara Allah untuk meninggikan derajatmu dan menggugurkan semua dosa-dosamu yang ada di dunia ini. Andini menggulung ujung baju dan celananya ke atas. Dia sampai melewatkan solat Maghrib dan Isya karena rasa sakit di kepalanya. Dia mengambil wudhu lalu bersiap melaksanakan solat qadha Maghrib dan Isya. Selesai melaksanakan solat, dia mendengar suara ponsel mas Bastian berbunyi beberapa kali. Dia melepaskan mukenanya lalu bermaksud ingin mengangkat panggilan telepon tersebut. Tapi saat dia melihat layar ponselnya, dia melihat ada nama Adinda disana. Untuk apa Adinda menelepon mas Bastian malam-malam begini?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN