"Caca nggak suka sama Bumi--" "Tapi kamu cium dia!" Oh, di kediaman Badai dan Aruna. "Papa lihat sendiri, bahkan ada kondom juga, Bianca!" Keras, bentakan Badai kepada putri bungsunya. Yang mana di ruangan lain, Aruna sedang menangis. Dia telah mendengar seluruh cerita dari Badai terkait putri mereka. Syok? Jelas. Dia sampai tidak ingin menghadapi Bianca, setidaknya hari itu. Tentu, d**a Badai bergemuruh kencang. Kembang-kempis napasnya sarat akan emosi. Menatap tajam sang putri, bisa-bisanya Bianca begini. "Papa malu, Ca. Malu banget." Sumpah. Kilatan mata Badai pun kian meruncing. "Kamu malu nggak, hm? Nggak, ya?" Semakin dalam tundukan kepala Bianca, dia juga meremas jari-jemarinya. Mau dikata apa, Bianca tengah ketakutan sekarang. Tak berani membalas sorot mata sang papa. Dari s