Elenora menatapnya tajam. "Aku tidak mau jika kau menyetir seperti orang gila lagi!" Elang menatapnya tanpa berkedip. Tatapan mereka bertaut dalam keheningan yang mencekam. Lalu, pria itu menghela napas, sedikit lebih panjang kali ini, seolah berusaha mengontrol emosinya. “Aku tidak akan ngebut lagi.” Elenora masih ragu. Namun, angin malam yang semakin dingin menyadarkannya bahwa ia tidak punya pilihan lain. Dengan enggan, ia membiarkan Elang menariknya ke dalam mobil. Begitu pintu tertutup, Elang kembali ke tempatnya dan menyalakan mesin. Kali ini, mobil melaju dengan kecepatan yang lebih wajar. Namun, suasana di dalam kendaraan tetap terasa dingin dan penuh ketegangan. Elenora melirik ke arahnya. Rahang pria itu masih tegang, tetapi sorot matanya sedikit lebih suram dibandingkan s

