Sofia mendesis kesal, wajahnya semakin merah karena marah. "Isssh, kau pikir ini akan berakhir begitu saja? Kau salah, Elenora. Aku tidak akan tinggal diam melihat kau mendapatkan sesuatu yang bukan hakmu!" Elenora mengangkat dagunya sedikit. "Dan aku tidak punya waktu untuk meladeni ocehan tidak penting. Kalau kau mau menghabiskan waktu dengan membenciku, silakan. Aku ada urusan yang lebih penting." Tanpa menunggu jawaban, dia melewati Sofia dan melangkah keluar. Dalam hati tersenyum ketika sempat menangkap ekspresi Sofia yang gelap dan penuh amarah. Dia sudah tahu apa yang diinginkan wanita yang penuh iri hati itu. Dan dia tidak akan membiarkan dirinya ditindas lagi mulai sekarang. Sofia tetap duduk di sofa, tetapi jemarinya mencengkeram ujung bantal dengan kuat. Begitu pintu tertutu