88. Berduka

2281 Kata

Mama menyentuh lenganku, kami berdua saling tatap. Mama menganggukkan kepala memberi isyarat mengajakku masuk ke dalam. Kami berdua melangkah masuk dengan diikuti Jeff di belakang kami. Restu mendongak melihat kedatangan kami. Namun, pria itu tak bereaksi apa pun. Masih dengan mendekap Gladis. "Gladis ... Mama dan Zima turut berduka cita, ya." Mama berucap kala kami sudah berdiri di sisi ranjang tepat di samping Restu. Gladis mengangkat kepala. Tampak di mataku wajah Gladis yang sembab oleh air mata juga hidung yang memerah. Aku sangat tahu bagaimana perasaan seorang ibu yang kehilangan anak ketika masih di dalam kandungan. Tentu Gladis akan merasakan kesedihan. Dalam kondisi ini aku tak boleh menuntut apa pun pada semua yang Restu buat untuk Gladis. Mungkin memang Gladis lebih membu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN