Satu hari pasca hari duka atas meninggalnya calon bayi Gladis, Restu belum juga menampakkan diri di rumah Mama. Aku tak tahu di mana keberadaannya. Menelepon pun tidak dia lakukan. Karena jengkelnya, pesan yang ia kirimkan padaku berupa mengingatkan makan, juga sekedar basa basi mengatakan selamat tidur dan mimpi yang indah, tak ingin aku balas. Sengaja agar dia meluangkan sedikit waktunya untuk pulang mengunjungiku. Namun, nyatanya hal yang aku harapkan tak kunjung terjadi. Beruntungnya aku selalu ada cara untuk menghilangkan rasa menyesakkan ini. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan Mama berada di dapur untuk memasak juga membuat kue. Meski begitu, saat aku kembali ke dalam kamar, bayangan Restu kembali hadir. Sangat menyebalkan karena sekarang Restu telah berhasil menguasai hatiku.