Aku terus berlari memasuki gang-gang sempit. Menghindari jalanan beraspal yang bisa dilalui mobil. Lelah berlari, kusandarkan tubuhku sejenak ke dinding sebuah rumah kecil di dalam gang. Kakiku mulai lecet dan mengelupas karena terus bergesekan dengan kerasnya jalan. Tidak sanggup untuk melangkah lagi, aku berjongkok dan mendudukkan tubuhku di balik bayangan gelap rumah itu. Hanya suara nafasku yang terengah engah bercampur dengan suara jangkrik yang terdengar. Mungkin mereka sudah kehilangan jejak ku, pikirku berharap. Aku menoleh ke arah rumah yang kusandari. Tengah malam, suasana rumah itu sudah gelap dan tidak terlihat adanya kehidupan. Kuketuk pintu depannya pelan setengah putus asa. Sebercak darah menapak di pintunya, menetes dari telapak tanganku yang masih terbalut saputangan