Gadis yang sedang terbaring dengan pakaian rumah sakit itu menatap seseorang yang berdiri di depan pintu ruangannya. Cowok yang masih menggunakan piamanya dan rambut yang masih terlihat berantakan itu berusaha menarik kedua sudut bibirnya ke atas, meski begitu sulit. Kemudian, Elang berjalan menghampiri Sabina yang kini duduk dengan wajah pucatnya. Elang mencoba menelan pahit-pahit perkataan Dokter Rehan, ia mencoba sekuat mungkin tidak percaya pada penjelasannya. Hatinya begitu sakit melihat wajah Sabina seperti sekarang. Kenapa gadis di hadapannya ini tak pernah betul-betul mendapat kebahagiaannya? Hati Elang bagai digenggam begitu erat sampai remuk. "Gimana? Udah enakan?" tanya Elang, suaranya terdengar begitu hangat. Elang mengelus rambut Sabina dengan lembut, lalu beralih mengu