Elang masih merasa tidak percaya bahwa Sabina pergi dari apartemen. Menyadari kesalahan selalu lah datang di akhir waktu. Datang di saat semua sudah berakhir. Seolah-olah kepergian seseorang baru terasa setelah memang benar-benar terlihat bahwa dia sudah tak ada di sisi. Ibarat sebuah tamparan, Elang tak merasakan sakitnya di awal. Tapi setelah hening, dia merasakan itu amat panas dan membekas. Pagi ini dia sudah ada di sebuah restoran. Tentu hanya untuk sarapan pagi, memingat di apartemen tak ada lagi yang memasakannya. Kondisi tubuhnya juga agak membaik, kemarin ia tak melanjutkan perjalanan mencari Sabina karena kepalanya terlalu pusing dan untung King membawa kabar baik untuknya. Kabar itu juga salah satu obat untuk Elang. Tapi juga menjadi dilema untuknya. Elang melirik ke jam