Part-9

1112 Kata
"Inikah cinta? Seperti apa? Sebuah paksaan hingga berakhir seperti sekarang?" Pertanyaan banyak muncul berkejaran di dalam benak Chalisa. Gadis itu dibawa oleh Aliando ke sebuah rumah megah. Besar dan luas sekali, beberapa pengawal serta para pembantu siap sedia berdiri menyambut kedatangan mereka berdua. Sebelum mengatakan sesuatu semua orang di sana sudah menyambutnya dengan hangat. Mereka tahu kalau wanita itu adalah calon istri dari presdirnya. Semuanya memberikan hormat kepada Chalisa. Gadis itu terbengong menatap sekitar, begitu banyak orang yang bekerja di rumah megah itu hanya untuk melayani satu orang yaitu Aliando Steven. Harusnya ada dua orang karena mereka kembar identik, yaitu Alifian Steven. "Ayo aku tunjukkan dimana kamarmu." Aliando menunjukkan dimana kamar Chalisa, gadis itu mengikutinya dari belakang. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengikutinya. Kalaupun mau kabur juga harus punya rencana matang. Tidak mudah kabur dari pengawasan ketat para pengawal, belum lagi pasport miliknya akan ditolak ketika hendak melakukan penerbangan ke luar negeri. Chalisa masuk ke dalam sebuah kamar yang begitu luas, melebihi luas tempat tinggalnya sebelum dia menempuh pendidikan di kepolisian. Dan yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah barang-barang di sana, merupakan barang-barang perlengkapan milik Aliando. Bukan kamar Chalisa sendiri secara pribadi, tapi itu adalah kamar pria itu. "Tunggu, ini kamarmu?" Tanya Chalisa padanya. Dia bisa membayangkan jika dia tinggal satu kamar dengannya, itu artinya dia harus setiap hari melayani Aliando di atas tempat tidurnya. "Iya, kamarku kamarmu juga." Ucapnya sambil tersenyum menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Pria itu bersandar di ambang pintu kamarnya menatap wajah Chalisa yang terlihat sangat kesal. "Bisakah aku memiliki zona nyamanku sendiri, astaga! Aliando, maksudku Presdir. Kita tinggal dalam satu kamar yang sama? Ini tidak masuk akal!" Keluh Chalisa padanya, gadis itu berniat keluar dari dalam kamar tersebut, tapi Aliando sengaja menghalangi langkahnya dengan kakinya. "Kita akan tidur bersama, Chalisa! Apa kamu pikir kita akan tidur di tempat terpisah? Sebentar lagi aku menikahimu." Ujarnya tanpa ragu. "Aku tahu, kamu ingin menikahiku, tapi aku mohon berikan aku waktu. Berikan aku waktu untuk berpikir!" Ujarnya sambil melangkah melewati kakinya, dan akhirnya malah tersandung. Tubuhnya hampir terjembab ke lantai, untungnya pria itu segera menarik pergelangan tangannya. "Hati-hati! Jangan sampai anak kita keguguran!" Serunya sambil tersenyum, memiringkan kepalanya mengedipkan sebelah matanya! "b******k sekali!" Keluh Chalisa pada pria itu. "Aku pria yang bertanggung jawab, bukan pria b******k Chalisa!" Tandasnya seraya menarik sebelah ujung sudut bibirnya. Senyuman penuh ejekan karena dia bukan pria b******k. "Kamu b******k! Kamu melakukannya atas kemauanmu, lalu menuduhku yang merenggut milikmu!" Chalisa berkacak pinggang seraya menghembuskan nafas panjang. Dia tidak bisa terus-terusan bersabar menghadapi pria di sebelahnya itu. "Kamu ingin istirahat? Tidurlah, aku akan meminta pelayan untuk menyiapkan segala keperluanmu, juga makanan. Kamu mau makan di meja makan atau di sini?" Tanyanya lagi, seolah-olah ucapan Chalisa beberapa menit lalu hanyalah omong kosong yang tidak perlu dia dengar. "Berikan aku kamar pribadi, aku tidak mau berada dalam satu kamar denganmu." Ujarnya tetap bertahan pada keinginannya. Dia tidak mau jika tiba-tiba Aliando masuk ke dalam saat dia sedang berganti pakaian atau sedang mandi. "Tidak bisa! Mintalah yang lainnya!" Ujarnya sambil berlalu dari hadapannya. "Aliando! Kamu mau kemana, aku belum selesai bicara!" Tanyanya pada pria itu sambil mengekor turun dari lantai atas. "Mana lagi? Ke perusahaan." Sahutnya santai. "Lalu aku?" Tanyanya bingung. "Cukup diam, duduk manis, lakukan sesukamu, kamu mau shoping atau apapun, pengawal ku siap sedia mengantarkanmu." Ujarnya lalu melanjutkan langkahnya turun dari tangga. "Klub malam?" Tanya Chalisa padanya, dia tersenyum manis seraya menaikkan kedua alisnya. Menunggu jawaban dari pria di depannya. "Aku punya semua jenis anggur, kamu bisa menikmatinya tanpa harus pergi ke bar." Tandasnya karena sedikit terusik dengan kata klub malam. Dimana Alfian Steven sering menghabiskan waktu di sana. Juga banyak pria yang akan memanfaatkan para gadis. "Kamu khawatir jika aku jatuh cinta pada Alfian?" Tanya Chalisa langsung ke pokok masalah. Aliando menoleh mendengar gadis itu menyebut nama adiknya. Dia terdiam dan tidak mau menjawab pertanyaan darinya. Lalu melanjutkan langkahnya menuju ke lantai bawah. Mengabaikan Chalisa Reina yang masih berdiri di tengah tangga. "Antarkan aku kembali ke perusahaan." Perintahnya pada sopirnya. "Baik Presdir." Sahut pria tersebut sambil mengikuti Aliando keluar dari dalam rumah megah tersebut. "Semudah itukah dia pikir aku akan jatuh cinta?" Bisiknya pada dirinya sendiri. Chalisa bergegas turun dari lantai atas. Ada beberapa pembantu wanita yang siap siaga mengikutinya dari belakang punggungnya. Jika sewaktu-waktu gadis itu meminta sesuatu yang dibutuhkan padanya. Chalisa melihat taman yang lumayan luas berada di sisi rumah, juga ada kolam renang yang sangat luas sekali. Kakinya tidak bisa dia tahan lagi untuk tidak melangkah menuju ke arah kolam jernih di sana. Dia melihat rambut seseorang sedang menyelam di bawah air. Pikirnya itu orang tenggelam, tanpa pikir panjang Chalisa segera melepaskan kedua sepatunya dan melompat ke dalam air. "Byuuuuurrr!" "Nona! Tidak!" Teriakan para pelayan tidak dia hiraukan. Dia berusaha menarik tubuh seseorang yang berada di bawah air. Tapi orang tersebut malah muncul ke permukaan air sambil mengibaskan rambutnya. Dia tersenyum melihat wajah heran Chalisa. "Sialan!" Umpat Chalisa ketika melihat wajah pria tersebut, tak lain adalan Alfian Steven. Gadis itu merasa dikerjai habis-habisan oleh dua bersaudara tersebut. Dia segera bersiap untuk berenang menepi, tapi Alfian menahan lengannya, dan menghimpit tubuhnya di tepi kolam. Para pelayan segera pergi dari area tersebut, karena melihat Alfian menatap tajam ke arah merek semua. "Apa maumu! Jangan macam-macam! Aku bisa membuatmu terluka!" Ujar Chalisa padanya. Ucapan gadis itu hanya dijawab dengan senyuman nakal oleh pria beranting di depannya. "Kamu atau aku yang akan terluka?" Tanya Alfian seraya menghembuskan nafas pada pipinya. Ketika hidung pria itu mulai menempel pada pipinya dia segera mendorongnya menjauh. "Dasar gila! Awas saja! Jangan berani-berani menyentuhku!" Teriaknya saat Alfian hendak kembali menyentuh lengannya. Keduanya masih berada di dalam air. Chalisa berusaha naik ke tepi kolam, tubuhnya basah kuyup pakaian dalamnya terlihat jelas dari luar shirt-nya. Alfian Steven mengulum senyum melihat Chalisa malu sekali ketika menatap ke arahnya. Gadis itu berlari kecil masuk ke dalam rumah, dia segera dijemput oleh seorang pelayan dengan handuk besar untuk menyelimuti tubuh Chalisa. Juga gaun ganti untuknya sudah disiapkan di atas nampan beberapa orang. Dia hanya tinggal memilihnya. "Kenapa kalian menyiapkan banyak sekali? Aku hanya butuh satu pakaian." Ujarnya pada para pelayan. "Tuan Aliando yang meminta kami untuk memberikan banyak pilihan untuk anda nona." "Pilih saja, mana yang kamu suka. Apa kamu menyukai warna pink? Seperti warna pakaian dalam mu?" Bisik Alfian sambil menyentuh kedua bahunya dari belakang punggungnya. Pria itu sudah memakai baju mandi sambil mengejeknya. "Sialan! Tash!" Chalisa menepis tangannya dari kedua bahunya. Dia segera memilih gaun warna merah darah dari salah satu nampan seorang pelayan. Kemudian bergegas menuju ke kamar mandi mengikuti pelayan yang menunjukkan jalan padanya. Alfian tersenyum di tempatnya berdiri, melihat wajah gadis itu bersungut-sungut kesal sambil berlalu dari hadapannya beberapa detik lalu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN