Ali sudah tidur sejak dua jam lalu dan dia baru saja mengganti popoknya. Tidak ada yang harus ia kerjakan karena suaminya melarang dirinya untuk membereskan rumah selain menyayur dan menjaga putra mereka. “Ssshhh …,” gumamnya sambil memijat kening. Sambil duduk memanjangkan kaki di karpet tebal, ia menjaga Ali yang tidur di ranjang khusus. Tangannya tidak berhenti mengusap tubuh Ali yang masih nyenyak. “Kenapa, Sayang?” tanya Khalid kala melihat istrinya meringis. Dia baru saja selesai mandi. Setelah membereskan rumah dari pagi sampai sekarang, ia baru bisa beristirahat. “Kepala Umi pusing sekali, Buya.” Ayesha menatap suaminya duduk di dekatnya. “Sini, mau Abang kasih minyak hangat? Punggung atau tengkuknya?” Dia hendak berdiri, tetapi Ayesha menahan lengannya. “Nanti Abang pijetin.”

