Khalid segera menuntun istrinya untuk duduk di bibir ranjang. “Masih pusing kepalanya?” “Iya. Dari bangun tadi rasanya mau mual, terus pusing sekali.” Dia tersenyum dan berjongkok, mengecupi perut sang istri. Perasaan bersalah terhadap istrinya belum lepas dari benak Khalid. Tidak, itu tidak boleh terulang lagi. Dia dan Nabila tidak punya hubungan khusus, tapi masa lalu itu membayangi pikiran tanpa dipinta. Khalid sempat berpikir, mungkinkah ini ujian untuk meneguhkan keimanannya terhadap pernikahan. Seberapa kuat dia menghadapi ujian ini dan bagaimana cara dirinya menyelesaikan masalah yang memang sudah selesai. “Maafkan Abi, Sayang. Abi tidak ingin menyakiti hati Umi kamu,” batinnya sambil mengecup perut Ayesha. “Abang, apa Abang yakin mau ke kampus hari ini?” Khalid mendongak. “Iy

