Ayesha tersenyum. Tangannya sudah bergemetar sekarang. “Nak, Ustadzah mau memberi nasihat. Kamu mau mendengarkan?” tanyanya dengan nada bicara hati-hati. “Mau, Ustadzah!” Qila yang begitu polos lantas bersemangat karena merasa diberi perhatian secara spesial. Yang ia hadapi sekarang ini adalah seorang anak yatim perempuan yang merindukan sosok seorang ayah. Ayesha tidak ingin menyakiti hatinya dan mengecewakannya dengan ungkapan yang sedari awal telah memberikan harapan besar dalam benaknya. Pikirannya sudah terdoktrin untuk satu hal mustahil, menurutnya. Menjelaskan kepada anak yang belum memahami apa-apa memang sebuah tantangan besar. Ayesha tersenyum, mengusap pipinya. “Qila, Ustadzah mau bilang kalau apa yang kamu jelaskan tadi, yang kamu tanyakan kepada saya, itu semuanya salah p

