Alea hanya diam saja seperti biasa. Meski keduanya berada di tempat yang sama. Jarak duduk mereka hanya beberapa jengkal saja di dalam mobil. Tetapi keduanya fokus pada diri masing-masing. Alea sesekali memainkan ponsel. Sedangkan Jeje hanya terus menyetir dan menatap lurus ke jalanan. Jeje melirik sekilas ke Alea. Begitupun sebaliknya. Alhasil keduanya tidak sengaja sama-sama bersitatap. Alea menyengir sedang Jeje tidak peduli, dia mengalihkan pandangan begitu saja. Namun, Alea seolah sudah mulai terbiasa dengan sikap Jeje itu. Dia tahu, Jeje memang sedingin es di Kutub Utara. Sambil memegang perut, Alea mulai berdesis merasakan lapar yang mulai membuatnya berekspresi alami. Jeje menghela napas kemudian melihat ke pinggiran, ia menemukan sebuah restoran cepat saja yang paling dekat.

