Daniel menghela napas lelahnya sambil melihat ke layar laptop, sudah beberapa tahun dua mencari pria yang menghamili putrinya, tapi dia belum kunjung menemukan bukti tambahan dan pikirannya masih terus dihantui rasa bersalah terhadap Lyra. Rasa bersalahnya karena Daniel membohongi dirinya sendiri, waktu itu dia belum bisa menerima Liam dan lumayan menjaga jarak darinya, Daniel akan datang ketika hanya dibutuhkan. Tapi lambat laun Liam tumbuh menjadi anak yang baik dan menggemaskan, sampai sebutan kakek terlontar dari bibir mungil Liam yang membuat hatinya terenyuh luluh. Daniel menghela napas berat lagi, dia menutup laptopnya dengan perasaan terus mengganjal, segera Daniel menyambar ponselnya yang berada di sampingnya mencari nomor kontak bawahannya. Daniel langsung menekan panggilan,