Lyra menghela napas lelah, bahan makanannya sudah sangat menipis dan dia belum mendapat pekerjaan. Lyra berjalan membawa perutnya yang sudah kelihatan besar menyusuri jalanan juga membawa berkas lamaran di tangannya. Kakinya yang bengkak terus tertatih berjalan, sinar matahari hari begitu terik membuat Lyra terus mengusap keringatnya, pikiran terus berpikir seputar ekonominya yang begitu sulit dan dia juga hanya punya uang untuk makan beberapa minggu saja. Lyra meneguk salivanya, dia terus berjalan sampai melihat ada restoran yang terpasang banner membutuhkan pekerja tambahan, Lyra tersenyum sebelum meninggal karena dia merasa keberuntungan sedang ada di pihaknya. Segera dia melangkahkan kaki menuju ke arah restoran, dia melihat sekeliling restoran yang tampak terlihat ramai dan berisi