Ryan mengeratkan rahang, tangannya menggenggam ponsel yang layarnya baru saja mati. Urat-urat besar di pelipisnya terlihat dengan jelas, menandakan aliran kemarahan yang menguasainya. Namun, matanya juga terlihat berkaca-kaca. Menyiratkan rasa sakit yang mendera hatinya. "Via, berani sekali kamu mengkhianati aku!" ucapnya gemetar. Lalu ... "Aaarrgh!" teriaknya. Tangannya meraih patung menara Eiffel yang tadinya dia siapkan sebagai oleh-oleh untuk Via, dan .... PRANG! Patung yang terbuat dari kaca khusus itu pecah berkeping-keping menghantam dinding, hancur tak berbentuk lagi. Ryan lalu terduduk di kursi, menyangga kepala dan meremas kuat rambutnya. Amarah membuat dia tak merasakan apapun, lelaki itu dilanda kecewa luar biasa. "Baiklah, aku akan memastikan semua dengan mata kepalak