Via berjalan dengan lemas keluar dari kamar hotel, wajahnya terlihat memar di pelipis dan sudut bibir. Perempuan itu mengalami malam yang berat dengan klien kasar, yang begitu dia bangun sudah pergi meninggalkannya begitu saja. Sambil menahan tangis, dia menghapus sisa maskara yang meleleh di pipi akibat air mata, lalu tertawa miris. Menatapi tisu basah kotor di tangannya, mengingat kejadian tadi malam. Lelaki itu memperlakukannya bak boneka, bersikeras meminta hal yang sungguh membuatnya merasa serendah-rendahnya sebagai seorang wanita. Hanya saja ada satu momen ketika dia memohon agar mereka melakukannya dengan sedikit lembut, dengan alasan tak ingin terburu-buru. Padahal dia memikirkan janin yang kini ada di dalam perutnya. "Ibu macam apa aku ini?" rintihnya pilu. Via meremas perutn