IV. Kekacauan

1925 Kata

Rahza menjerit! Lalu, megap-megap bak ikan yang dilempar ke daratan. Gadis itu menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk bertahan hidup. Saat menoleh ke samping, barulah Rahza sadar dan seketika mampu bernapas lega. “Ternyata Mbak Mira, bukan banjir bandang. Mimpi Rahza barusan serem banget, Mbak..” Mengusap wajah dan menyugar rambutnya yang basah karena siraman air seember dari Mira, Rahza kembali mengoceh. “Mbak Mira kenapa, sih? Kenapa harus nyiram Rahza pakai air seember? Jadi basah semua ‘kan. Ya ampun, Mbak. Ini seprainya baru Rahza ganti kemarin sore.” Kali ini Rahza berani protes karena ranjang kesayangannya beserta apa yang ada diatasnya turut menjadi korban keganasan sang kakak pagi ini. Pagi? Rahza meringis kala menyadari teriknya matahari sampai menembus tirai jendela k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN