“APA!?” Rahza syok. Tapi akhirnya tersenyum lega sekali. “Akhirnyaa..ya Tuhan.” Sebagian beban dalam dirinya seolah terangkat. “Besok atau lusa kita jenguk Clarita sama-sama, yuk! Tadi Lula udah setuju. Tinggal lo doang. Yaa..enggak ada maksud apa-apa, sih. Sekadar ngecek kondisi tuh cewek bar-bar. Mau gimana pun, dulu kita berempat sahabatan, Za. Lo enggak lupa ‘kan? Meskipun gue tau, kesalahan Clarita sama lo cukup fatal.” Mendengar ajakan serta penuturan Bellsya barusan, entah mengapa hati Rahza terketuk. “Iya gue paham, Bell. G—gue ikut..” “SERIUSAN!? OKE, THANKS ZA! Hati lo memang seluas samudera!” puji Bellsya setinggi langit. Berusaha mencairkan suasana di antara dirinya dan Rahza agar tidak terlalu tegang. Tidak tahu saja Bellsya bahwa Rahza mempunyai maksud terselubung. “Bol

