X. Nomor Tak Dikenal

1887 Kata

Keasyikan menemani Belva belajar, bermain, sambil menyantap muffin, Rahza tidak menyadari bahwa hari telah benar-benar gelap. Jam menunjukkan pukul tujuh malam, itu artinya sudah berjam-jam berlalu sejak shift kerjanya selesai. Rahza baru menyadari hal itu saat Yuva menghampiri dan menegurnya, “Kamu mau pulang jam berapa? Kamu ‘kan naik sepeda, jadi kalau bisa pulangnya jangan malam-malam, Za..” Kali ini raut wajah Yuva tampak serius. Wanita itu seperti kakak kandungnya, selalu perhatian dan penuh kekhawatiran. Hal itu membuat Rahza sadar bahwa sebenarnya Yuva mempedulikannya, tidak selalu memusuhinya. “Rahza merinding kalau Mbak Yuva perhatian kayak begini. Ada apa, nih?” singgung Rahza, guna mencairkan suasana. “Saya serius, Rahza. Pulang sana.. Kemalaman di jalan nanti,” suruh Yu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN