Cleo menutup kembali pintu kayu berjendela segi empat dengan kaca bening. Pintu IGD yang selalu di buka dengan keras saat ada ambulance datang dengan sirine mengaung. Cleo akhirnya menerima tawaran rekannya untuk melanjutkan shift jaganya hingga malam. Semua ia lakukan untuk menghilangkan kepenatan yang ia terima di awal hari tadi. Tiara tidak sepenuhnya salah, Cleo memang di lahirkan dari rahim seorang wanita yang menyukai gemerlap dunia malam. Ia juga lahir, bukan dari suami sah Viona, Cleo lahir dari hasil senang-senang yang Viona jalani. Bila ia mengingat semua pengakuan yang Mamanya ucapkan, hati Cleo hancur berkeping. Setelah menjalani pendidikan, ia harus melewati dua wisuda yang tidak didatangi Viona dan lelaki yang Viona ceritakan sebagai ayah kandung Cleo. Namun, Cleo masih beruntung, karena ia masih memiliki Ibok, wanita yang selalu bersikap baik, lemah lembut, selalu rela bangun dini hari hanya untuk membuatkan Cleo sarapan saat ia koas dulu. Ibok adalah ibu kosnya. Dia wanita yang memilih untuk tidak menikah lagi, setelah kehilangan suaminya pada tahun kedua pernikahannya. Ibok dan suaminya belum memiliki anak saat suaminya meninggal mendadak karena serangan jantung. Ibok itu hanya panggilan yang mengisyaratkan Ibu. Cleo yang ingin memanggilnya dengan sebutan itu, karena Ibok nyaris melebihi Viona yang datang ke kosnya hanya duduk, membakar rokok, lalu kembali pergi. Cleo sudah terbiasa dengan hal itu.
Cleo berjalan menunduk, merogoh kantung tasnya, mengambil kunci mobil di dalam tasnya.
BUKK..
Kepala Cleo menabrak seseorang di hadapannya. Cleo meringis sambil mendongakkan kepala mencari tau siapa yang berdiri menghalangi jalan.
“Rakka? Kamu lagi..” dengus Cleo lemas. Beberapa hari ini Cleo selalu bertemu dengan Rakka. Rakka selalu ada dalam setiap harinya. Entah ini pertanda apa, tapi Cleo merasa asing.
“Aku ingin ikut kamu pulang.” Ucap Rakka datar. Ekspresi Rakka tidak berubah, datar tanpa rasa berdosa.
Cleo menyapu pandangannya ke setiap sisi halaman rumah sakit. Mencari mobil mewah yang biasa di bawa Rakka, atau dua orang pengawal yang selalu mengikutinya.
“Aku sendiri.” Jawab Rakka seperti tau maksud Cleo,
“Kenapa?” tanya Cleo heran, “kamu gak takut di culik? Hihi..” Cleo tertawa iseng sambil menutup mulutnya,
“Takut. Untuk itu aku ingin kamu antarkan aku pulang.” Jawaban Rakka merubah mimik muka Cleo dari tertawa ke raut wajah kesal. Cleo menyesal sudah bertanya seperti itu.
“Tidak. Tidak bisa.” Cleo mendorong pelan Rakka, menyingkirkan badannya yang bidang, lalu memencet tombol untuk membuka kunci mobilnya. Rakka menggeser badannya ke kanan, kembali menghalangi Cleo dengan badannya. Cleo berjalan ke arah kiri, namun Rakka kembali menggeser kan badan ke kiri.
“Kamu harus mau. Aku akan mentraktirmu selama dua tahun setiap harinya.” Jawab Rakka masih berusaha menghalangi Cleo lewat dan masuk dalam mobil. Cleo menghembuskan nafasnya kesal.
“Ok. Ok. No! Aku gak mau dua tahun pagiku diganggu oleh CEO kurang kerjaan seperti mu, datang menemuiku hanya mengantarkan sarapan,” Cleo ngedumel, “masuk.” Cleo memerintahkan Rakka masuk ke dalam mobilnya. Rakka menurut, ia berjalan ke pintu kiri mobil Cleo, membukanya lalu masuk. Cleo menggeleng melihat lelaki di sampingnya. Padahal hari sudah malam, tapi wangi Rakka masih sangat segar, seperti baru habis mandi. Mungkin begitulah orang kaya, wangi parfumnya awet.
Tok.. tok..
Cleo menengok ke arah jendela yang di ketuk.
“Astaga! Manyu! Waduh, mau bilang apa aku kalau sampai Nanti tau di dalam ada si kunyuk ini?” ucap Cleo dalam hati. Manyu kembali mengetuk pintu mobil. Cleo kembali mematikan mesin mobilnya,
“Tunggu di sini, dengar, aku gak mau kamu keluar. Plis, jangan keluar.” Cleo berbisik memperingati Rakka yang diam dan datar. Rakka mengintip keluar, lalu ia mengangguk. Setelah yakin, Cleo keluar dari mobilnya.
“A-ada apa?” tanya Cleo kepada Manyu yang terlihat mengenakan baju jaga berwarna marun. Baju jaga ada baju yang dipakai dokter atau perawat yang bertugas. Biasanya baju ini berwarna senada, atasan dan bawahan. Walaupun hanya mengenakan pakaian itu, pesona Manyu masih terlihat. Dia nyaris tidak terlihat seperti dokter, lebih mirip selebriti atau selebgram.
“Kamu baru pulang?” tanya Manyu basa-basi.
“Iya, hehe. Aku, yg capek banget..” Cleo memijat tengkuknya, Cleo berbohong semua ia lakukan agar Mantu tidak mengajaknya keluar untuk makan malam bersama seperti biasanya.
“Capek? Hm, biasanya kamu wanita tangguh?” goda Manyu seraya tersenyum,
“I-iya. Aku pamit dulu ya.” Cleo melambaikan kelima jarinya, berbalik memegang pintu mobil,
“Tungguz Cle..” cegah Manyu,
Cleo kembali berbalik,
“Besok, kosong?” tanya Manyu,
“I-..”
TIIIIIN...
Belum selesai Cleo menjawab terdengar suara klakson mobil yang kuat dari dalam mobil. Cleo memejamkan matanya, sementara Manyu berusaha mengintip dari arah dalam mobil.
“Aku pamit, di dalam mobilku ada..”
“Ada siapa? Kamu dengan siapa?” tanya Manyu penasaran,
“Aku dengan, dengan anak..”
“Anak-anak?” tanya Manyu tidak sabaran,
“Anak-, hm, anak monyet! Haha, bye. See you ya. Nanti aku chat. Bye!” Cleo langsung membuka mobil dan masuk mobilnya cepat. Manyu terlihat bingung dengan jawaban Cleo, dan tingkahnya yang terkesan menyembunyikan sesuatu. Tapi Manyu hanya menanggapi dengan tawa ringan. Ia tau, Cleo tidak benar-benar sedang membawa anak monyet.
***
Sepanjang perjalanan Cleo diam, begitu juga dengan Rakka yang duduk manis di sampingnya. Cleo ingin memulai berbicara terlebih dahulu, tapi batinnya menolak. Ia akan merasa terlalu agresif bila ia memecah keheningan. Cleo tidak tau harus membawa Rakka kemana, Rakka tidak memberi tau kemana Cleo harus mengantar nya.
“Kamu mau ajak aku jalan-jalan?” tanya Rakka santai, Cleo menggenggam Erat setir mobilnya, geram karena lelaki di sampingnya seperti tidak sadar kali Cleo memang belum tau rumahnya.
“Anda belum menyebutkan nama, Tuan Muda..” jawab Cleo, merapatkan giginya yang beradu.
“Oh, di Zahcha Global, paling ujung.” Jawab Rakka santai. Cleo mendengus kesal mendengar jawaban Rakka tanpa dosa. Cleo memutar balik mobilnya tiba-tiba. Terdengar suara klakson berseru karena mobil Cleo belok tiba-tiba. Cleo tau nama perumahan itu. Salah satu perumahan mewah di Jakarta.
“Lelaki itu pacarmu?” tanya Rakka memecah keheningan,
“Siapa? Manyu?” tanya Cleo,
“Hah? Mancung? Namanya mancung? Haha..”
“Manyu, Abimanyu..” jelas Cleo,
Mulut Rakka membulat, lalu mengangguk-anggukkan kepala.
“Ini, blok berapa?” tanya Cleo ketika ia mulai masuk ke area perumahan. Seorang satpam sudah menunggu di pintu gerbang.
“Maaf Mba, blok apa?” tanya seorang satpam, Cleo membuka kaca jendela,
“Malam Pak, ini, hm, Ka, blok berapa?” tanya Cleo menyenggol Rakka,
Rakka membuka kaca jendela, Rakka melambaikan sesuatu ke luar jendela.
“Pak Rakka? Oh, iya. Silahkan Bu..” satpam itu terlihat kaget, Rakka kembali memasukkan sebuah kartu ke saku jaketnya. Cleo menarik rem tangan mobilnya lalu kembali berjalan, mata Cleo melihat sekeliling, ia seperti melihat jejeran rumah di televisi. Tidak ada yang kecil, semuanya besar dan mewah. Tidak seperti perumahan pada umumnya yang memiliki bentuk yang sama, tapi rumah di sini berbeda, setiap bangunannya unik, Cleo menjalankan mobilnya dengan sangat pelan. Matanya tidak bisa lepas dari setiap rumah yang ia lewati. Rata-rata rumah mewah di sekeliling nya tidak memakai pagar sehingga Cleo bisa bebas melihat. Cleo menurunkan kaca mobilnya, matanya tertuju pada sebuah bangunan. Rumah mewah dengan eksterior simpel namun tetap mewah. Bangunan yang terletak di bagian kanannya itu tidak memiliki taman yang luas, namun tertata rapih dan cantik.
TIIIIIN!
“AWAS!” teriak Rakka. Cleo menginjak gasnya dalam. Tubuh Cleo dan Rakka terbanting ke depan. Di depan mobilnya, Cleo melihat sebuah mobil putih mewah yang sedang mundur keluar dari halaman rumahnya sudah berhimpitan dengan mobilnya. Kecepatan mobil Cleo yang pelan, tidak membuat suara tabrakan yang keras.
Seorang lelaki turun dari mobil. Ia terlihat marah besar dengan Cleo. Ia memeriksa bagian belakang mobilnya,
“Aduh, tamat sudah. Mampussss..” Cleo menepuk kepalanya, lelaki paruh baya itu mengetuk jendela mobil Cleo beberapa kali.
Cleo membuka jendelanya pelan,
“Punya mata gak?” amuk lelaki itu saat wajah Cleo tidak lagi di halangi kaca jendela.
“M-maaf Pak, tadi saya..”.
“Apa kamu bisa mengganti kerusakan mobil saya?” bentak lelaki itu lagi,
Rakka memberikan kartu yang tadi ia tunjukkan ke satpam. Mimik muka lelaki itu berubah, seperti melihat hantu di siang bolong.
“Pak Rak-ka?” tanya lelaki itu, tangannya gemetaran.
“Kirimkan nominalnya ke nomor yang ada di kartu itu. Segera saya kirim.” Ucap Rakka santai,
“B-baik, Pak. Maafkan saya.”
“Tolong yang sopan kepada calon istri saya.”
Cleo melotot kearah Rakka yang mengulum senyum sambil mengalihkan pandangannya ke jendela, tidak menggubris perotes Cleo. Wajah Cleo memanas, hal yang memalukan adalah respon wajah nya yang bersemu ketika ia merasa malu.
Cleo menekan tombol, menaikkan jendela mobilnya hingga tertutup. Ia mengambil sebuah selebaran yang ia ambil di minimarket. Selebaran itu di gulung membentuk stik, lalu ia pukulkan keras ke arah Rakka.
“Rasakan! Asal aja ya ngomongnya!”
Cleo geram. Rakka yang menerima serangan malah tertawa terbahak-bahak sambil menutupi wajahnya dengan kedua lengan, melindungi diri dari serangan bertubi yang Cleo berikan.
***