Jenie tersenyum melihat pemandangan di depan mata. Sudah berlalu beberapa hari sejak ia melahirkan dan saat ini ia telah berada di rumah. Ia pulang dari rumah sakit setelah dua hari di sana. “Biar aku yang menggendongnya.” Adam meminta Saga dari gendongan Sarmilah. Bukan ia tak ingin Sarmilah menggendong cicitnya, ia hanya tidak ingin Sarmilah kelelahan atau terjadi sesuatu pada perutnya mengingat perutnya sudah besar. Sarmilah memberikan Saga pada Adam dengan hati-hati. Meski tak memiliki ikatan keluarga kandung dengan Jenie ataupun Rama, tapi ia mencintai Saga seperti cicitnya kandungnya sendiri. Saga menggeliat dalam gendongan kakek buyutnya dan tiba-tiba saja menangis. “Cup, cup, cup, ada apa, Sayang? Kenapa menangis? Jangan menangis, cup, cup,” ucap Adam berusaha menangkan cic

