Sarmilah menghela nafas. Saat ini ia dan Adam telah berada di sebuah toko mainan. Toko mainan itu merupakan toko mainan terbesar dan terlengkap yang menyediakan berbagai mainan untuk anak. “Kalau lelah istirahat saja,” ujar Adam. “Aku sedang beristirahat,” jawab wanita itu. Ia tengah duduk di kursi yang toko sediakan. “Kau yakin Rama dan Jenie tidak keberatan?” “Kenapa mereka harus keberatan?” sanggah Adam. “Kau akan memenuhi kamar Saga dengan mainan.” Adam mengedikkan bahu dan mengatakan, “Siapa bilang akan kutaruh kamarnya?” Sarmilah menatap suaminya dengan dahi berkerut. Adam hanya diam. Dulu ia pernah mengatakan memenuhi salah satu toko retailnya yang tak lagi beroperasi dengan mainan khusus untuk cicitnya. Jadi ia akan melakukannya sekarang. “Adam?” Seseorang menyapa A

