“A- apa? Je- Jenie hamil?” Adam menatap Jenie dengan tubuh seakan kaku. Ia bangkit dari duduknya dengan tubuh gemetar dan berjalan menghampiri Jenie. Jenie menelan ludah. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Tapi, melihat ekspresi kakeknya sekarang, tak mungkin ia mengecewakan kakeknya itu dengan mengatakan tidak. Lagipula, kenyataannya ia memang tengah hamil. Hanya saja, ia belum ingin memberitahu kakeknya untuk sekarang tapi apa mau dikata? Rama sudah terlanjur mengatakannya. Jenie sesekali melirik Adam dan arah lain dan mengangguk lemah sebagai jawaban. “Ma- maaf, sebenarnya kami ingin memberitahu kakek nanti saat kakek ulang tahun sebagai kejutan. Tapi–” Suara Jenie terhenti saat Adam memeluknya tiba-tiba. Pria itu juga berteriak disertai kelakar tawa penuh kegembiraan. “Ho