Jenie memijit kepala yang berdenyut ngilu. Ia tengah memikirkan Deri yang beberapa saat lalu telah pergi dari rumahnya. Ia kira Deri tak akan mengusik hidupnya lagi tapi, pria itu kembali lagi. Tiba-tiba perhatian Jenie tertuju pada pintu saat pintu rumah utamanya itu terbuka dan menampilkan Rama yang berjalan lesu. Jenie segera bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri Rama untuk menyambut. “Kau sudah pulang?” sambut Jenie. Padahal masih siang, harusnya Rama masih di kantor sekarang. Tiba-tiba Jenie menyadari sesuatu. Wajah Rama terlihat tak seperti biasanya, tampak kusut. Bahkan, tak ada sedikitpun senyuman yang suaminya itu berikan. “Ada apa? Apa telah terjadi sesuatu?” tanya Jenie seraya menangkup wajah sang suami. Rama menatap Jenie dengan pandangan tak terbaca kemudian

