8

1002 Kata
Setelah berbincang cukup lama bersama Kriss, keduanya pun kembali ke lab karena jam makan siang sudah habis. Tiffany berjalan beriringan bersama Kriss saat masuk ke dalam lab, di mana semua orang sudah berkumpul dan bersiap untuk melanjutkan penelitiannya. Kriss berjalan ke arah meja yang ada di samping kanan, tangannya bergerak mengambil bolpoin dan juga buku yang akan kembali ia pakai untuk mencatat semua bahan yang gagal maupun berhasil. Tiffany yang memimpin semua orang pun mulai memulai semuanya dari awal lagi, Kriss terus mendengarkan dan mencatat hal-hal yang penting saja. Ia orang baru dan tak memiliki banyak pendapat yang ingin di sampaikan. Jam kerja mereka selesai tanpa adanya kabar baik dari penelitian yang mereka cari, Kriss berjalan ke arah meja untuk menyimpan buku dan bolpoin yang tadi ia pakai. Sebelum semua orang bubar, Tiffany memberikan informasi jika besok kita akan kembali menemukan jawaban yang belum di temukan. Kriss berjalan ke arah mess miliknya dengan tangan yang bergerak membuka dua kancing atas kemeja yang ia pakai. Jujur saja, Kriss merasa sedikit gerah dan tak nyaman memakai pakaian yang begitu formal seperti ini. Tapi, tempat kerjanya mengharuskan dirinya untuk menggunakan pakaian yang rapi dan juga formal. Selain itu, Kriss sedikit tidak nyaman dengan rekan kerjanya yang kebanyakan tidak menyukai dirinya yang hanya dari kalangan rendah itu. Kriss yang baru saja ingin berbaring dengan telanjang dadda terpaksa mengurungkan niatnya saat Tiffany tiba-tiba masuk ke dalam messnya. Wanita itu masih menggunakan setelan labnya dan terlihat sekali jika wanita itu langsung datang ke tempatnya. "Ayo minum." Ajak Tiffany seraya memberikan soda untuk Kriss. Kriss yang melihatnya pun hanya bisa menerima dan membiarkan Tiffany tidur di kasur lantainya. Kriss masih berdiri dan menatap ke arah Tiffany yang menghela napasnya panjang. "Hari ini lelah sekali, apa kamu tidak berpikir seperti itu?" Tanya Tiffany seraya menatap ke arah Kriss. Tiffany diam-diam menggerakkan matanya untuk menatap ke arah perut Kriss yang tidak ada roti kotaknya sama sekali. Benar-benar sangat kurus. Setelah selesai menatap perutnya, Tiffany menurunkan tatapannya ke bawah, membuat Kriss menaikkan sebelah alisnya karena heran. "Kalau lelah ya tidur, ngapain ke sini?" Balas Kriss yang langsung saja membuat Tiffany bangun dari tidurnya. Menyesakkan sekali, biasanya dirinya ada Anto yang menemaninya berbincang hingga tengah malam, tapi laki-laki itu sekarang ada kencan bersama sugar mommynya. Sedangkan dirinya sendiri type orang yang tidak bisa tidur cepat seperti kebanyakan orang. Dirinya terus mengidap insomnia meskipun tidak memainkan hp sekalipun. "Aku nggak bisa tidur meskipun lelah." Kata Tiffany yang langsung saja membuat Kriss terdiam. "Anak manja memang beda." Keluh Kriss sedikit kesal. Tiffany yang mendengarnya tentu saja sedikit perasaan. Tiba-tiba saja hatinya sedih dan juga tak karuan. Padahal dirinya sudah mencoba untuk jadi orang yang mandiri, tapi siapa yang mau insomnia seperti ini. Jika di suruh milih pun dirinya tidak akan mau. Tiffany mengusap sudut matanya yang basah, tidak tahu apa yang membuatnya menangis tapi hatinya benar-benar sangat sakit. Kriss yang melihatnya pun hanya bisa menarik napasnya dalam. Sepertinya dirinya sudah salah bicara hingga membuat wanita itu menangis. "Weekend kalau nggak ada acara kita keluar bareng, aku mau ngecek lokasi game yang ada di akunku." Kata Kriss tiba-tiba. Kriss bukanlah sosok laki-laki yang bisa menghibur seseorang, dirinya saja besar di panti dan setelahnya tidak pernah hidup bersama siapapun, jadi tidak ada orang yang benar-benar mengajari dirinya untuk bersikap sopan santun ataupun menghibur seseorang. Karena yang ia pikirkan dulu adalah bagaimana caranya bisa bertahan hidup dengan kemiskinan yang ada. "Tapi naik angkot." Lanjut Kriss lagi. "Nanti pakai mobilku saja, aku yang antar." Balas Tiffany dengan cepat. Bibirnya terlihat mengembang dan tersenyum lebar. Kriss terdiam, dirinya benar-benar tidak tahu kalau wanita itu memiliki mood yang mengerikan. Tiba-tiba menangis, tiba-tiba tersenyum lebar. Membuatnya merinding saja. "Sebenarnya aku orangnya emang susah untuk tidur, biasanya Anto yang nemenin aku begadang tapi karena dia ada kencan jadi aku nggak ada teman." Kata Tiffany bercerita. "Aku nggak bisa begadang." Kata Kriss dengan cepat. Tiffany pun mengangguk pelan, dirinya tidak akan melupakan hari pertama Kriss datang dan terus menguap itu, belum lagi dengan pakaian lusuhnya yang masih saja ditanyakan. Sepertinya dirinya memang salah mengunjungi tempat. "Tapi kalau kamu butuh tempat yang ada orangnya di sini juga nggak papa tadi aku tidur." Lanjut Kriss yang langsung saja berbaring di lantai. Tiffany yang melihatnya pun langsung terkejut dan berniat meminta Kriss untuk tidur di kasur lantainya saja. Tapi belum sempat dirinya bicara dirinya juga baru sadar kalau kasur lantai milik Kriss sangat kecil, tidak seperti miliknya dan juga Anto yang besar dan lebar. "Kamu nanti nggak masuk angin?" Tanya Tiffany dengan suara pelan. "Enggak, kalau udah tidur nanti juga udah lupa semuanya. Lagi pula asal usul aku kan sudah jelas, jadi tidur seperti ini sudah lumayan nyaman daripada tidur di atas rumput dan juga alam terbuka." Jawab Kriss dengan mata yang tertutup. Tiffany yang mendengarnya pun langsung menelan ludahnya kasar, dirinya benar-benar tidak tahu kalau kehidupan Kriss separah itu. Bahkan sampai tidur di tempat terbuka juga. "Tidur sama tikus dan hewan-hewan lainnya pun sudah biasa." Lanjut Kriss masih dengan memejamkan matanya. "Apa nyaman?" Tanya Tiffany dengan bodoh. Siapa juga yang akan nyaman tidur seperti itu? Dirinya saja yang tidur dengan berbagai tempat mewah masih susah. Kriss yang mendengarnya pun memilih untuk membuka matanya dan menolehkan kepalanya ke arah Tiffany, menatap ke arah Tiffany yang tengah menepuk jidatnya sendiri dengan pelan. "Untuk anak jalanan seperti aku itu sudah cukup nyaman, tempat seperti ini sudah benar-benar membantu. Setidaknya aku nggak akan kehujanan lagi kalau tidur." Jawab Kriss dengan jujur. Tiffany yang mendengarnya pun langsung terlihat sendu dan sedih. Dulu dirinya sangat tidak bersyukur dengan kehidupannya dan sekarang tiba-tiba saja datang seseorang yang memiliki kehidupan yang sangat buruk. "Kapan-kapan ajak aku ke rumahmu." Kata Tiffany dengan pelan. "Aku nggak punya rumah, hanya sebuah gubuk kecil." Jawab Kriss jujur. Tentu saja dirinya tidak memiliki rumah yang layak, bisa makan saja sudah sangat Alhamdulillah. Berbeda dengan pikiran Tiffany yang membayangkan gubuk terjelek yang pernah ia lihat. Namun semua bayangan yang ada di dalam pikiran Tiffany tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan tempat tinggal Kriss yang benar-benar tidak layak untuk ditinggali. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN