96

1040 Kata
Sore hari, Tiffany merenggangkan tubuhnya dan bersiap untuk meninggalkan gym. Hari ini cukup melelahkan dan juga menyehatkan untuk dirinya, jadi Tiffany merasa tenang. "Mau makan malam bersama? Aku yang traktir." Tanya Jerry menawarkan. "Bagaimana jika kita bertemu nanti malam? Aku akan pergi dengan kekasihku." Tanya Tiffany yang langsung saja disetujui oleh Jerry. "Aku akan kirimkan alamatnya nanti." Kata Jerry yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Tiffany. Tiffany meninggalkan gym dan masuk ke dalam mobil. Setelah masuk ke dalam mobil Tiffany mengambil ponselnya dan melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Anto. Tiffany menelpon Anto kembali dan mencoba untuk bertanya ada apa. "Ada apa? Kenapa menghubungiku sebanyak itu?" Tanya Tiffany penasaran. "Kriss, dia tadi dihajar oleh pengawas lagi. Itu karena dia tertidur saat jam kerja berlangsung. Sekarang dia sudah ditangani oleh dokter Anya dan juga dokter Ani." Jawab Anto memberitahu. Tiffany yang mendengarnya tentu saja segera mematikan sambungan telponnya dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Tiffany tahu pengawas yang bertugas ada yang sangat tidak menyukai Kriss, untuk itu Kriss berniat untuk balas dendam. Awalnya Tiffany pikir Kriss yang terlalu berlebihan, tapi Tiffany tidak akan berpikir seperti itu lagi sekarang. Tiffany menatap ke arah jalanan dengan marah. Sesekali, dirinya benar-benar harus menegur pegawai papanya itu. Setelah mengemudikan kurang dari satu jam, Tiffany pun akhirnya tiba di laboratorium. Tempat pertama yang Tiffany datangi tentu saja kantor pengawas, dirinya benar-benar tidak terima jika laki-laki yang sangat ia sayangi diperlukan semena-mena oleh orang lain. "Rasanya puas sekali setelah memukulnya, hari ini nona Tiffany tidak ada di tempat jadi dia tidak akan tahu kondisinya." Suara yang terdengar dari dalam kantor pengawas yang tidak tertutup rapat tentu saja membuat Tiffany menggertakkan giginya kesal. "Tapi kamu harus tetap hati-hati, ketua sangat menyayangi nona Tiffany, jika kamu memperlakukan laki-laki itu seenaknya sendiri, takutnya nona Tiffany akan benar-benar marah." Suara lain yang terdengar membuat Tiffany semakin diam. "Apa kamu tidak mendengar ceritanya? Dikatakan laki-laki itu terus menolak nona Tiffany, untuk itu pasti nona Tiffany tidak akan terlalu tertarik dengannya. Selain itu, ketua tidak akan menyetujui hubungan tuan putri dan kacungnya." Balasan dari suara pertama yang tadi terdengar membuat Tiffany semakin tak percaya. Tiffany tidak akan menegurnya, tapi Tiffany akan mendukung Kriss jika Kriss benar-benar ingin membalas dendam. Tiffany menendang tempat sampah yang ada di depan kantor, setelah itu dirinya berjalan meninggalkan kantor pengawas dengan langkah lambat. Dua orang yang ada di dalam kantor pengawas tentu saja terkejut, keduanya segera berlari keluar dan melihat siapa yang datang tadi. melihat jika Tiffany datang dan mendengar semuanya tentu saja membuat keduanya takut. Tiffany berjalan ke arah kamar Kriss dan mencari keberadaan laki-laki itu. Tapi karena tidak menemukannya, Tiffany pun kembali menghubungi Anto. "Dimana dia?" Tanya Tiffany tanpa basa-basi. "Siapa?" Balas Anto bingung. "Kriss? Dia masih bekerja. Dia bilang tidak ingin dihitung cuti setengah hari karena istirahat." Lanjut Anto yang akhirnya mengerti tentang apa yang ditanyakan oleh Tiffany. Tiffany mengambil napasnya panjang dan berjalan ke arah laboratorium untuk menghampiri laki-laki itu. Tiffany tahu, Kriss pasti memiliki niat yang lebih menggebu-gebu untuk membunuh orang itu. Tiffany masuk ke dalam laboratorium dan menatap ke arah Kriss yang duduk di atas kursi roda dengan beberapa balutan di bagian tubuhnya. "Apakah kamu gila?" Teriak Tiffany yang langsung saja membuat semua orang yang mulanya berbisik-bisik kini menoleh dan menatap ke arah Tiffany yang tengah berteriak pada Kriss. Kriss yang mendengarnya tentu saja segera menoleh, menarik ke arah wanita itu dengan tersenyum tipis. "Sudah kembali? Tunggulah satu jam lagi, aku akan kembali dan istirahat." Balas Kriss dengan entengnya. Tiffany yang geram tentu saja segera menarik kursi roda milik Kriss agar menghadap ke arahnya. "Telingaku sakit, jadi jangan berteriak." Kata Kriss memberitahu. "Ada cidera ringan di telinga dan juga kakinya. Untuk luka lainnya hanya lebam dan juga luka ringan." Kata Anto memberitahu. "Kenapa kamu tidak melaporkan polisi? Apakah penganiayaan di dalam pekerjaan sudah menjadi hal biasa?" Balas Tiffany bertanya dengan perasaan yang kesal luar biasa. "Hal seperti ini biasa terjadi dari dulu, ini untuk pegawai yang lalai, jadi tidak ada yang berani melawan." Kata Anto mengingatkan. Tiffany yang mendengarnya tentu saja segera menatap ke arah semua orang yang terlihat takut dan menundukkan kepalanya. "Pulanglah lebih awal hari ini, aku benar-benar mengakhirinya sekarang." Kata Tiffany memberikan perintah. "Baik Bu!" Kata semua orang dengan kompak. Tiffany mengambil kursi roda Kriss dan mendorongnya keluar dari ruang laboratorium. Di luar, Tiffany tidak sengaja berpapasan dengan dua orang pengawas yang berjalan ke arah laboratorium. "Jam kerja aku akhiri, jika kalian masih ingin melakukan kekerasan maka lakukan saja dan terima akibatnya." Kata Tiffany memberitahu. Tiffany melanjutkan langkahnya dan tidak mengatakan apa-apa lagi, dan hal itu tentu saja membuat Kriss tersenyum tipis saat mendengarnya. "Apakah kamu menikmati waktu olah ragamu?" Tanya Kriss hati-hati. "Ya, tapi jika aku tahu akan ada kejadian seperti ini, aku tidak akan pergi." Jasa Tiffany dengan suara pelan. Kriss yang mendengarnya tentu saja hanya diam, setelah dirinya benar-benar pulih, Kriss benar-benar akan melancarkan rencananya dan meninggalkan tempat ini sesegera mungkin. Kriss sudah benar-benar tidak peduli lagi, dirinya benar-benar harus balas dendam. "Kamu pasti berpikir untuk mempercepat rencana pergi kan?" Tanya Tiffany pelan. "Kamu tahukan? Aku tidak suka dengannya sedari dulu, jadi tidak ada lain untuk menundanya lagi." Jawab Kriss memberitahu. "Aku akan memberikan dukungan. Katakan padaku kapan kamu akan pergi untuk menangkapnya. Aku akan benar-benar membantumu nanti." Kata Tiffany yang dijawabi anggukan ragu oleh Kriss. Kriss sebenarnya masih ingat apa yang nenek itu katakan. Untuk itu Kriss akan mencoba untuk tidak membuat Tiffany terlibat terlalu banyak. Tiffany membawa masuk Kriss ke dalam kamarnya. Jika kembali ke kamarnya sendiri Kriss akan kesusahan karena tidak ada ranjang dan hanya kasur lantai. Sedangkan miliknya memiliki ranjang yang cukup tinggi jadi akan nyaman untuk ditempati. "Sementara, tidurlah di sini lebih dulu. Aku tidak akan membiarkanmu tidur di ruang perawatan dokter hanya karena kamu sakit." Kata Tiffany memberitahu. Kriss menganggukkan kepalanya mengerti, dirinya juga membutuhkan sesuatu yang lebih tinggi agar kakinya yang cedera tidak sulit untuk ia gerakkan. "Seharusnya kita pergi makan malam hari ini, tapi karena kamu terluka kita jadi tidak bisa melakukannya." Kata Tiffany memberitahu. "Apakah kamu bertemu seseorang?" Tanya Kriss penasaran. "Ya! Dia kenalan lama. Bisa dikatakan dia penghuni gym yang biasa ku kunjungi." Jawab Tiffany memberitahu. "Dan dia mengajak kita makan malam bersama nanti, tapi aku akan menolaknya karena kamu tidak bisa pergi." Lanjut Tiffany memberitahu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN