18

1011 Kata
Kriss berdiri dan menatap ke arah bapak-bapak yang biasanya memperingatkan dirinya untuk hati-hati jika memasuki kawasan bendungan ini. "Apa yang kamu lakukan lagi di sini? Kenapa kamu datang lagi?" Tanya bapak-bapak itu dengan suara pelan. Kriss melirik ke arah tulang itu dalam diam. Dirinya takut jika kakinya tiba-tiba menginjak tulang itu dan membuat para warga masuk ke dalam bahaya karena dirinya. "Saya datang untuk penelitian, tapi tadi ada bapak-bapak yang mengatakan jika ada orang yang baru hilang. Jadi saya menggunakan kesempatan ini untuk berkeliling. Setidaknya dengan begini saya tidak akan merasa takut." Jawab Kriss dengan gugup. "Jangan berkeliaran sembarangan, tempat ini sudah memakan cukup banyak korban." Kata bapak-bapak itu lagi pada Kriss. "Lebih baik kita turun saja, biarkan orang lain yang mencari anak itu. Kamu bisa mampir ke rumah bapak untuk minum." Kata bapak-bapak itu lagi. Kriss pun terlihat ragu, meskipun semua tujuannya sudah terlaksanakan, tetap saja dirinya masih harus mencari sesuatu yang lain agar tidak membuat kesalahan yang lain. "Sebentar lagi polisi akan datang, lebih baik kamu datang lagi setelah mayat anak itu ketemu." Kata bapak-bapak itu lagi sembari memberitahu Kriss untuk datang lain hari. Setelah berpikir cukup lama, Kriss pun akhirnya setuju. Dirinya juga tidak memiliki pikiran buruk tentang bapak-bapak itu. Dirinya tidak bisa memiliki prasangka buruk pada seseorang yang sudah mau menegurnya berkali-kali. Memintanya untuk lebih hati-hati dan juga mengingatkan untuk tidak terlalu dekat dengan bendungan itu. Selama perjalanan menuruni tangga, laki-laki paruh baya yang ia ketahui namanya pak Maman itu menceritakan banyak hal tentang berdirinya bendungan itu hingga akhirnya ada korban jiwa setiap tahunnya. "Jadi, sebelumnya tidak ada korban jiwa?" Tanya Kriss pelan. "Iya, sebelumnya tidak ada korban jiwa. Tapi setelah ada pembangunan proyek di dekat sini yang mengambil air dari bendungan itu, jadinya seperti itu. Sebenarnya ini hanya dugaan tapi banyak juga yang percaya jika proyek pembangkit beberapa tahun yang lalu menggunakan tumbal atau apalah." Jawab pak Maman yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kriss. "Apa ada rumor juga jenis tumbalnya apa?" Tanya Kriss lagi. "Tidak ada, mereka mengatakan tidak menggunakan apapun. Jadi tidak ada yang tahu juga kebenarannya. Tapi yang pasti, jika ada orang yang datang ke bendungan harus hati-hati aja. Misalkan sudah hilang maka akan kembali dalam keadaan meninggal dunia." Jawab pak Maman lagi. "Seperti itu ya, terima kasih sudah menegur saya beberapa kali pak." Kata Kriss berterima kasih pada pak Maman. "Bukan seperti itu, bapak suka aja karena kamu mau mendengarnya. Banyak kok anak-anak lain yang acuh dan tidak mendengarkan meskipun ditegur beberapa kali." Balas pak Maman dengan tawa lebarnya. Kriss pun mengangguk ngerti, kepalanya menoleh ke belakang lagi. Melihat kerumunan orang yang mulai berkurang itu. "Pencariannya di mulai kapan pak?" Tanya Kriss lagi. "Tadi pagi, tidak tahu akan muncul berapa hari, yang pasti anak itu tidak akan bisa kembali dengan selamat." Jawab pak Maman dengan yakin. "Memangnya dia mancing di bendungan?" Tanya Kriss lagi. "Bukan, kalau kamu masuk lebih dalam ke sisi kiri bendungan kamu akan menemukan aliran air dari bendungan. Biasanya di sana di pakai orang-orang buat mancing. Lebih aman di sana daripada disekitar bendungan. Meskipun aman, tetap saja ada orang yang pernah meninggal karena tenggelam." Jawab pak Maman yang tentu saja membuat Kriss sedikit terkejut. Kriss terdiam, mengingat-ingat lagi perihal lokasi game miliknya. Setiap kali dirinya masuk ke dalam game, dirinya memang mendengar suara aliran air, tapi dirinya belum pernah menemukannya. Mungkin karena pergerakannya kurang luas gara-gara takut dengan makhluk itu. "Orang itu murni tenggelam?" Tanya Kriss pelan. "Sebenarnya ada rumor kalau bendungan ada penunggunya, dan penunggunya itu seorang wanita. Jadi banyak yang menyimpulkan jika laki-laki itu tenggelam karena ditarik oleh penunggu bendungan." Jawab pak Maman dengan tawanya. "Rumor apa sih ini. Sudah ayo kita jalan sudah makin sore. Kamu kan juga harus pulang." Lanjut pak Maman mempercepat langkahnya. Kriss pun hanya menurut dan mengikuti langkah pak Maman yang dipercepat itu. Di dalam hati, Kriss mengatakan akan menjelajahi dunia gamenya setelah menemukan sesuatu yang cocok untuk ia gunakan sebagai pelindung. Dirinya juga penasaran dengan aliran air yang belum pernah ia lihat di dunia nyata maupun di dalam gamenya. Kriss jadi membayangkan, apakah dirinya juga bisa melihat penunggu bendungan nantinya? Tak teras Kriss pun akhirnya duduk di rumah pak Maman. Pak Maman hanya tinggal berdua dengan istrinya. Keduanya belum dikaruniai seorang anak hingga usianya yang sudah tua itu. Meskipun mereka ingin, tapi Tuhan belum mengabulkannya. "Lain kali kalau main ke sini lagi jangan lupa mampir di gubuk simbok ya nak. Di rumah ini sepi kalau bapak udah ke gunung." Kata mbok Sri, istri pak Maman yang saat ini tengah menghidangkan kopi untuknya. "Iya Bu, saya juga baru beberapa kali ke sini kok. Kebetulan ketemu sama pak Maman terus. Pak Maman mengingatkan saya untuk berhati-hati dan jaga bicara aja." Jawab Kriss dengan sedikit tidak enak hati. Dirinya sudah lama tidak bicara sopan pada orang tua. Terakhir dirinya bicara saat dirinya masih ada di panti asuhan. Setelah itu dirinya tidak banyak bicara kecuali saat meminta-minta di jalanan untuk makannya. "Bapak suka tegur karena rumahnya yang paling dekat dengan bendungan. Jadi setiap ada yang datang dan melihatnya pasti bapak mengingatkan untuk hati-hati. Tapi ada beberapa juga yang tidak percaya dan malah menertawakan bapak. Lagi pula di jaman sekarang, sudah jarang yang percaya pada mistis-mistis seperti itu." Balas mbok Sri lagi. "Meskipun jaman sudah berkembang, kita juga tidak bisa mengabaikannya mbok. Kita kan tinggal berdekatan dengan mereka meskipun kita tidak bisa melihatnya." Jawab Kriss dengan cepat. "Benar, pemikiran kamu luas juga ya. Ayo di minum dulu kopinya." Kata mbok Sri lagi. Setelah mampir di rumah pak Maman dan mbok Sri cukup lama, Kriss pun berpamitan pulang. Karena jarak desa dan kota cukup jauh. Jadi dirinya memilih untuk naik ojek sebelum nantinya akan naik taksi di kota. Kriss juga tidak lupa berterima kasih pada pak Maman dan mbok Sri karena sudah menyajikan banyak hal untuknya. Selain itu, mereka juga menceritakan banyak hal tentang bendungan dan sekitarnya. Setelah ini dirinya harus istirahat lebih banyak karena besok harus kembali kerja dan menghadapi teman-temannya yang tidak suka padanya itu. Beruntung karena anak dari pemilik perusahaan itu cukup baik padanya, jadi tidak banyak orang yang berani bersikap kasar padanya. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN