37

1241 Kata
Pagi-pagi sekali, Kriss sudah bersiap untuk berangkat dengan menggunakan taksi. Tiffany sendiri tentu saja ikut mengantarkan sampai ke depan lab, karena Tiffany semalaman juga menemani Kriss yang masih sibuk mencaritahu perihal bendungan anastasius. "Kamu harus hati-hati, jangan lupa kabari aku jika kamu senggang." Kata Tiffany pada Kriss. "Pastinya, untuk setiap malam tolong bantuannya ya." Jawab Kriss yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Tiffany. Taksi melaju, meninggalkan Tiffany yang menatap kepergian Kriss dengan sendu. Semalam Kriss mengajari dirinya cara bermain game dan juga keluar dari game. Menurut laki-laki itu, dirinya bisa melihat Kriss saat laki-laki itu tengah menjalankan misinya di bendungan anastasius, dan hal itu membuat Tiffany sedikit khawatir. Jika Kriss meminta untuk dimonitor seperti ini, tentu saja pasti ada kemungkinan jika Kriss tersesat atau mungkin akan terjebak dalam dunia game yang ia ciptakan sendiri. Tapi meskipun khawatir, Tiffany tidak bisa melakukan apa-apa kecuali membiarkan Kriss pergi. Di dalam mobil, Kriss memutuskan untuk tidur. Perjalanan yang sangat lama tentu saja membuat Kriss tidak segan-segan untuk tidur lebih dulu, apalagi semalam dirinya tidak sempat tidur karena harus kembali mengawasi. Kriss mencoba membuka portal berita, mencari informasi tentang sekitaran bendungan anastasius. Tidak ada berita terbaru, semua berita sudah ia baca sebelumnya. Padahal bendungan itu cukup sering memakan korban, tapi kenapa tidak ditutup untuk pengunjung? Itu yang Kriss pikirkan, tapi mungkin pemikiran orang-orang di desa berbeda. Kriss terlelap dalam tidurnya, jingga akhirnya supir taksi membangunkannya dan memberitahu jika dirinya sudah sampai. Kriss tentu saja segera mengeluarkan dompetnya dan membayar, setelah itu Kriss turun dan menatap ke arah pedesaan yang penuh dengan pohon tinggi itu. Perlahan tapi pasti, Kriss pun melangkahkan kakinya menyusuri desa itu, Kriss mencari tempat untuk dirinya tidur selama melakukan misinya. "Jangan naik ke bendungan, sangat rawan karena sudah banyak orang hilang dan ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa." Kata seorang pria setengah baya yang bertemu dengan Kriss. "Saya mendapatkan tugas pak, jadi saya tidak bisa pergi dengan tangan kosong." Jawab Kriss berdalih. "Jika boleh tahu, apakah ada rumah yang dikontrakkan di sekitar sini? Saya pikir setidaknya saya perlu tinggal selama seminggu untuk mengerjakan tugas saya." Tanya Kriss sembari memberitahu alasannya. "Guru jaman sekarang pada kenapa sih, suka sekali mengirimkan muridnya pada hal-hal yang berbahaya." Gumam bapak-bapak itu lagi. "Di ujung sana ada rumah, pemiliknya suka menyewakan rumahnya yang ada di dekat gunung, lebih dekat dengan bendungan." Kata bapak itu memberitahu. "Terima kasih pak." Ucap Kriss berterima kasih. Setelah itu, Kriss pun mempercepat langkahnya untuk mencari rumah yang dimaksudkan oleh bapak-bapak itu. Hal baik karena rumah yang disewakan berada tidak jauh dari lokasi bendungan anastasius. Karena nantinya Kriss juga berpikir untuk bolak-balik melihat ke sana. Kriss mengetuk pintu yang tertutup, Kriss terkejut saat melihat orang yang membuka pintu itu. Dia adalah orang tua yang terlihat sedikit mengerikan dengan tulang pipi yang terlihat. "Ada apa nak?" Tanya orang tua itu yang langsung saja membuat Kriss membungkukkan badannya untuk memberikan salam. "Saya datang untuk menyewa tempat tinggal nek, tadi ada bapak-bapak yang memberitahu jika nenek sering menyewakan tempat itu." Jawab Kriss memberitahu. "Pulang saja nak, kamu akan seperti nenek jika kamu bertekad untuk menyelidiki misteri bendungan." Kata nenek itu yang langsung saja membuat Kriss terdiam saat mendengarnya. "Nenek hanya menyewakan tempat untuk para pemancing dan pengunjung jauh, tidak untuk orang iseng penasaran seperti kamu." Tambahnya yang langsung saja membuat Kriss terdiam saat mendengarnya. "Bagaimana nenek tahu kalau saya datang untuk melakukan penelitian?" Tanya Kriss terus terang. "Auramu sudah terlihat, kamu mungkin bisa selamat karena sudah mengetahui sedikit lebih banyak tentang bendungan, tapi kamu mungkin saja akan berakhir cacat seperti ini." Jawab nenek itu memberitahu. "Kalau begitu bolehkah saya tinggal di sini? Saya ingin mendengar ceritanya. Lagipula saya sudah datang dan saya tidak bisa kembali tanpa membawa apa-apa." Tanya Kriss dengan antusias, Kriss bahkan sampai menyentuh tangan yang tinggal kulit dan tulangnya saja itu. Sangat aneh karena orang tua itu masih hidup dengan tubuh kurus seperti itu. "Jika sesuatu terjadi, saya tidak akan menyalahkan anda, lagipula saya sendiri yang menginginkannya." Kata Kriss lagi. Nenek itu pun diam, menatap ke arah Kriss dengan tatapan yang lebih serius. Setelah berpikir, nenek itu pun akhirnya membiarkan Kriss masuk ke dalam rumah. Kriss terkejut saat nenek itu menutup pintunya, Kriss masuk ke dalam rumah yang minim penerangan itu. Padahal ini sudah siang tapi di dalam rumah itu benar-benar gelap hingga membuat Kriss tidak bisa melihat cahaya dari luar sedikitpun. Lampu pun dibiarkan menyala di rumah itu, dan rasanya sedikit pengap karena tidak ada udara yang masuk ke dalam rumah itu. "Aw ..." Jerit Kriss pelan saat tidak sengaja menendang sesuatu. "Berjalan dengan perlahan, jika tidak kamu akan menyesalinya nanti." Kata nenek itu lagi. Kriss terdiam, menatap tulang berwarna putih yang tadi tidak sengaja ia tendang. Itu semua adalah tulang-tulang dengan ukuran besar, di sampingnya tulang itu di tumpuk layaknya kayu bakar. Kriss yang memikirkannya tentu saja langsung menatap ke arah nenek yang masih berjalan bungkuk di depannya, nenek itu menggunakan tongkat dan terus berjalan masuk ke dalam rumah. Kriss baru menyadarinya, sepertinya dirinya sudah masuk terlalu dalam ke rumah itu, anehnya dirinya tidak melihat itu layaknya sebuah rumah pada umumnya. "Apakah ini benar-benar rumah? Dari tadi saya tidak bisa melihat ruangan lain selain jalan ini." Tanya Kriss yang langsung saja membuat nenek itu menghentikan langkahnya. Kriss tiba-tiba saja merasa merinding. Kriss menatap ke arah nenek itu dan terkejut saat nenek itu bisa memutar kepalanya tanpa perlu menoleh ke arahnya. Masalahnya kepada itu berputar, benar-benar berputar dan bukan hanya sekedar menoleh. Hal itu tentu saja langsung membuat Kriss memundurkan langkahnya karena takut. "Ini tempat yang paling aman untuk mengawasi penunggu bendungan," kata nenek itu bersuara. Kriss menghentikan langkahnya, dan menatap kembali ke arah nenek yang memutar kepalanya lagi. Nenek itu kembali berjalan ke depan dengan tubuh bungkuknya. "Nenek hanya menunjukkan jalannya, saat malam hari pergilah ke penginapan untuk tidur." Kata nenek itu lagi. Kriss pun akhirnya memutuskan untuk terus berjalan, mengikuti langkah kaki nenek itu hingga akhirnya Kriss tiba di ujung. Kriss menyalahkan ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 3 sore, bukankah perjalanannya tadi memakan waktu yang terlalu lama? Kriss terkejut saat melihat makhluk-makhluk yang biasa ia lihat di bendungan ada di luar rumah itu. Kriss juga terkejut karena melihat nenek itu keluar dari rumah untuk melihatnya. "Ini aman karena kuncinya tidak terbuka, tapi jika kuncinya terbuka jangan sekali-kali mencoba untuk masuk ke sini, karena ini adalah tempat mereka membawa mangsanya." Kata nenek itu memberitahu. "Jadi tulang tadi?" Tanya Kriss dengan hati yang sudah berdebar hebat. "Benar, itu tulang-tulang manusia, hewan dan juga yang lainnya. Semua terkumpul di dalam sini dan nenek yang menumpuknya agar tidak berserakan." Jawab nenek itu memberitahu. Kriss memundurkan langkahnya, diam-diam takut dan ingin segera berlari. "Lalu bagaimana dengan orang-orang hilang yang akhirnya ketemu?" Tanya Kriss penasaran. "Jika kamu melihatnya dengan pasti, itu hanyalah setelan baju lengkapnya, tidak ada tubuh yang utuh saat mereka ketemu setelah hilang berhari-hari." Jawab nenek itu memberitahu. "Bagaimana nenek tahu?" Tanya Kriss lagi. "Karena setengah dari nenek juga menjadi bagian dari mereka, hanya saja nenek bisa mengendalikan diri saat kunci itu tidak terbuka." Jawab nenek itu yang langsung saja membuat Kriss terkejut dan berlari untuk meninggalkan ruangan itu. Kriss terus berlari tanpa memikirkan apakah nenek itu mengejarnya atau tidak, yang pasti Kriss benar-benar ingin kabur dan lari. Kriss merasa sangat lama, hingga akhirnya Kriss merasa lega karena bisa melihat pintu yang ada di depannya. Baru saja Kriss membuka pintunya untuk merasa lega, Kriss dikejutkan dengan nenek itu yang sudah ada di depan pintu. Kriss jatuh dengan detak jantung yang hampir saja berhenti karena ketakutan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN